Artikel ini memaparkan hasil penelitian tindakan kelas pada semester 2 pada mata Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IX. Pendekatan kolaboratif dengan model kuis tim yang diterapkan dalam proses belajar siswa yang diterapkan dalam artikel ini terbukti dapat meningkatkan tanggung jawab siswa utamanya dan pencapaian pada materi PKn yag dijadikan bahan kuis dengan dibuktikannya hasil observasi dan nilai yang diperoleh siswa. Mengingat pendekatan kolaboratif dengan model kuis tim memerlukan kerja sama dalam menjawab soal kuis, maka model ini disarankan untuk diterapkan pada materi lain atau mata pelajaran lain yang memungkinkan materinya untuk dijadikan materi kuis. Oleh karena itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan penerapan pendekatan kolaboratif dengan model kuis tim oleh guru dan praktisi pendidikan.
Persoalan-persoalan pembelajaran yang muncul di sekolah sangat beragam. Mulai dari penggunaan strategi pembelajaran, metode, materi, sumber daya manusianya sampai pada sarana dan prasarana pembelajaran, keadaan semacam ini perlu disikapi secara sinergis oleh pelaku pembelajar antara lain: guru, siswa, manager sekolah dan lain-lainnya.
Persoalan yang sangat menonjol dan perlu tindakan dengan segera dan berkelanjutan adalah tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas akademisnya. Berdasarkan keluhan beberapa guru bidang studi, keluhan guru-guru pembimbing, dan para instansi yang terkait dengan praktek kerja industri, khususnya yang sangat berkaitan dengan target penyelesaian tugas-tugas kelompok siswa. Menjelang penyelesaian tugas akhir project work siswa dituntut memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam mengemban tugas tersebut. Akhir-akhir ini sangat dirasakan bahwa adanya kecenderungan menurunnya aspek-aspek dan nilai-nilai tanggung jawab siswa terhadap tugas belajarnya. Keadaan ini memerlukan upaya dari para guru bidang studi maupun guru pembimbing untuk segera mengambil tindakan edukatif, baik yang berupa kegiatan instruksional maupun kegiatan bimbingan diluar pembelajaran. Untuk mewujudkan upaya tersebut dipilihlah penggunaan metode pembelajaran aktif kuis tim sebagai alternatif dalam usaha memecahkan masalah tersebut.
Metode kuis tim merupakan salah satu bentuk dari pembelajaran aktif yang dikembangkan melalui pemberdayaan kelompok. Mengefektifkan kerjasama, dan membangun rasa percaya diri individu, serta membangun dan meningkatkan tanggungjawab individu itu dalam kelompok tersebut.
Aspek pengembangan diri siswa antara lain adalah tanggung jawab, disiplin, kepemimpinan, percaya diri, kemandirian, keberanian mengambil keputusan, motivasi berprestasi, bekerjasama, kejujuran, bersaing secara sehat, sanggup berbeda dengan yang lain, mengambil inisiatif dan sebagainya.
Untuk bidang pengembangan diri, pengembangan kepribadian dan aspek emosi, memerlukan strategi dan teknik tertentu, melalui pembelajaran, pembiasaan dan latihan –latihan.
Guru dan siswa memiliki hubungan yang sinergis dalam suasana yang lebih menyenangkan dan membutuhkan komunikasi yang hangat dengan menumbuhkan kepercayaan satu sama lain secara terus menerus, sehingga dapat mewujudkan suasana kondusif yang lebih tepatnya disebut bimbingan.
Bimbingan dalam skop pemngembangan diri yang disampaikan melalui pembelajaran aktif klasikal, akan lebih efektif jika menggunakan strategi atau pendekatan yang tepat. Pendekatan yang sering digunakan oleh para guru pembimbing dan dianggap efektif adalah pendekatan kelompok, disebut juga bimbingan kelompok, kelompok dimaksud adalah kelompok belajar.
Burner membahas sisi sosial proses belajar dalam buku klasiknya, Toward a Theory of instruction. Dia menjelaskan tentang “kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerjasama dengan mereka guna mencapai tujuan, ”yang mana hal ini dia sebut resiprositas (hubungan timbal-balik). Bruner berpendapat bahwa resiprositas merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan oleh guru untuk menstimulasi kegiatan belajar. Dia menulis sebagai berikut: ”Dimana dibutuhkan tindakan bersama, dan dimana resiprositas diperlukan bagi kelompok untuk mencapai suatu tujuan, disitulah terdapat proses yang membawa individu ke dalam pembelajaran, membimbingnya untuk mendapatkan kemampuan yang diperlukan dalam pembentukan kelompok” (Bruner :1966).
Konsep-konsep Maslow dan Bruner melandasi perkembangan metode belajar kolaboratif yang sedemikian populer dalam lingkup pendidikan masa kini. Menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi mereka tugas yang menuntut mereka untuk bergantung satu sama lain dalam mengerjakannya merupakan cara yang bagus untuk memanfaatkan kebutuhan sosial siswa. Mereka menjadi cenderung lebih terlibat dalam kegiatan belajar karena mereka mengerjakannya bersama teman-teman. Begitu terlibat, mereka juga langsung memiliki kebutuhan untuk membicarakan apa yang mereka alami bersama teman yang mengarah kepada hubungan-hubungan lebih lanjut.
Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif, namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok-kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Metode kelompok belajar bersama yang terbaik, pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong mereka untuk tidak hanya belajar bersama namun juga mengajarkan satu sama lain dan mereka merasa satu tim.
Hasil pengamatan yang telah dihimpun menunjukkan adanya kecenderungan bahwa: (1) sebagian siswa cerdas belum bisa mencapai prestasi yang diharapkan, (2) sebagian siswa belum menyadari tanggung jawabnya dalam penyelesaian tugas secara individu maupun kelompok, (3) Sebagian siswa belum paham bagaimana bekerja secara tim, (4) kurangnya pemahaman diri masing-masing siswa dalam penyelesaian tugas kelompok, (5) masih adanya siswa yang terlalu bergantung dengan teman, (6) sebagian siswa belajar kurang bersungguh-sungguh,asal-asalan,terpaksa dsb.
Dalam rangka pengembangan diri siswa melalui pembelajaran aktif kuis tim dipandang sebagai metode atau pendekatan paling tepat untuk meningkatkan tanggung jawab individu dalam kelompok belajar. Pada pembelajaran aktif Kuis Tim, siswa bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan khusus yaitu menyelesaikan sebuah tugas. Hal itu dapat dicapai dengan cara : Pertama, Mengajak siswa bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas, membahas masalah dalam diskusi, dan menyelesaikan tugas kelompok lainnya. Kedua, pengaturan siswa dalam kelompok kecil yang heterogen menantang dan memotivasi siswa untuk saling membantu, berbagi tugas dan mendukung belajar teman lainnya dalam kelompok. Ketiga, penumbuhan rasa tanggung jawab untuk belajar dan bekerja sama dalam upaya bersaing antar kelompok. Keempat, terjadinya proses membangun tim atau kelompok yang kuat dalam belajar.
Dengan memperhatikan beberapa keuntungan metode atau pendekatan kuis tim, peneliti menganggap penting untuk menerapkan pendekatan ini sebagai salah satu sumbangan menciptakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dalam rangka pengembangan diri siswa. Berdasarkan paparan pada latar belakang masalah, permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pendekatan kolaboratif model Kuis Tim ini dalam meningkatkan pelajaran PKn di kelas XI Semester 2.
Untuk memecahkan masalah kurangnya tanggungjawab siswa dalam penyelesaian tugas dalam kelompok belajar, maka diterapkanlah metode atau pendekatan Kuis Tim. Langkah-langkah umum atau kerangka pemecahan masalah adalah sebagai berikut: (1) siswa satu kelas berjumlah 40 siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 -5 orang perkelompok, (2) semua kelompok diberi materi yang sama dan diberi tugas untuk mempelajari dan membahas materi tersebut dengan kelompoknya. Semua kelompok dibebaskan untuk mencari literatur tambahan di perpustakaan. Masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggota kelompok sebagai ketua atau pimpinan kelompok, (3) masing-masing kelompok melakukan diskusi , dan membuat 5 pertanyaan sekaligus jawaban yang akan dipresentasikan dalam bentuk kuis. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab menguasai satu materi pertanyaan dan jawabannya sekaligus menentukan skor jawaban yang akan muncul dari teman lawan kelompok, (4) masing-masing ketua kelompok berunding untuk menyepakati mekanisme permainan kuis, ketentuan–ketentuan yang harus di taati selama permainan, petunjuk permainan yang ada dibawa ke kelompok masing-masing, (5) presentasi kuis dilaksanakan dalam dua termin yaitu termin pertama kelompok 1 sampai 4 dan termin kedua kelompok 5 sampai 8. Masing-masing termin diambil kelompok mana yang memperoleh skor tertinggi dan dinobatkan sebagai pemenang dan setiap termin diadakan refleksi, (6) pemenang kuis termin pertama dan pemenang kuis termin kedua diberi materi yang berbeda, dan kepada masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk presentasi melalui kuis dalam tatap muka yang lain. Para ketua kelompok yang lain sebagai pengamat dan penilai dan anggota yang lain menjadi partisipan sekaligus supporter, (7) setelah presentasi selesai diadakan penilaian dan penobatan kelompok terbaik dan secara bersama-sama mengadakan refleksi terakhir. Hasil refleksi dicatat dalam bentuk rekaman data, dan (8) diedarkan kuesioner kepada seluruh siswa untuk diisi sebagai kegiatan terakhir, dalam rangka memperoleh umpan balik dari kegiatan penggunaan pendekatan Kuis tim.
Tujuan utama penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa tanggung jawab siswa dalam rangka membangun kerjasama dalam kelompok belajar melalui pendekatan Kuis Tim sebagai alternatif dalam proses pengembangan diri siswa, (2) meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dalam kelompok belajar, dan (3) memasyarakatkan metode pembelajaran aktif kuis tim sebagai alternatif dalam proses pengembangan diri siswa.
Pendekatan Kolaboratif Model Kuis Tim
Pendekatan kuis tim adalah salah satu bentuk atau bagian dari pembelajaran aktif yang mengedepankan kegiatan yang menyenangkan, menciptakan kreativitas- kreativitas baru, mengutamakan efektifitas dalam belajar, memobilisasi kelompok secara konsisten.
Belajar aktif adalah mengkaji gagasan, mendiskusikan gagasan, memecahkan masalah, mengambil kesimpulan dan menerapkan apa yang dipelajari dengan semangat dan menyenangkan (Piaget dalam Wilis, 1988). Montessori mengatakan bahwa, siswa akan belajar dengan sangat baik dari pengalaman konkret yang berlandaskan kegiatan yang menyenangkan dan berkesan dalam kebersamaan atau kegiatan kelompok yang saling mempengaruhi dan saling menghargai perbedaan individual serta menghargai beragamnya kecerdasan.
Belajar aktif melalui pendekatan kuis tim ini memiliki ciri khusus sebagai berikut: a) belajar dimulai dengan suatu topik, b) pembentukan tim, untuk mengenal satu sama lain dalam menciptakan satu kerjasama dan kesalingtergantungan, c) pelibatan belajar secara langsung untuk menciptakan minat awal terhadap pelajaran, dan d) penilaian serentak untuk mempelajari sikap, pengetahuan, dan pengalaman siswa. Teknik-teknik ini digunakan untuk mendorong siswa untuk mengambil peran aktif sejak awal.
Teknik yang digunakan sebagai alternative dalam membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan ,ketrampilan secara aktif adalah sebagai berikut: a) proses belajar satu kelas penuh yang dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dipimpin oleh guru sebagai stimulator seluruh siswa, b) diskusi kelas yang yang mewadahi dialog dan debat tentang persoalan-persoalan yang muncul dalam presentasi kelompok, c) pengajuan pertanyaan oleh siswa dalam rangka meminta penjelasan atau penguatan konsep pemahaman topik, d) kegiatan belajar kolaboratif untuk penyelesaian tugas secara bersama-sama dalam kelompok kecil, e) pengajaran oleh teman sekelas dalam rangka tukar menukar informasi dan penjajakan pengetahuan dengan sistim among, f) kegiatan belajar madiri, yakni aktifitas belajar yang dilakukan di dalam kelompok tersebut untuk meningkatkan tanggung jawab individu terhadap apa yang telah mereka pelajari dan pahami, g) kegiatan belajar aktif dan partisipatif, yakni kegiatan yang membantu siswa dalam memahami perasaan, nilai-nilai dan sikap mereka, dan h) pengembangan ketrampilan,mempelajari dan mempraktekan ketrampilan baik secara teknis maupun non teknis.
Pengembangan diri melalui pembelajaran aktif kuis tim lebih efektif bila didukung oleh lingkungan belajar yang kondusif. Lingkungan kondusif ini biasa disebut lingkungan konstruktivistik dalam pembelajaran.
Jonassen dalam Reigeluth (1999) mengemukakan bahwa lingkungan belajar konstruktivistik mencakup beberapa faktor antara lain kasus-kasus berhubungan, fleksibilitas kognisi, sumber-sumber informasi, cognitive tools, pemodelan yang dinamis,percakapan dan kolaborasi, dan dukungan sosial konstektual. Kasus-kasus berhubungan membantu siswa untuk memahami persoalan-persoalan secara implisit. Kasus-kasus berhubungan dalam model ini dapat membantu siswa dalam belajar melalui kondisi yang dapat meningkatkan memori dan fleksibilitas kognisi siswa.
Dalam konteks pengembangan diri, terdapat hubungan antara peningkatan tanggung jawab individu,penggunaan model pembelajaran aktif, pengembangan metode pembelajaran kuis tim dan efektifitas kelompok belajar dalam kekompakan dalam presentasi. Fleksibilitas kognisi mempresentasikan materi dalam upaya memahami kompleksitas yang berkaitan dengan domain pengetahuan. Fleksibilitas kognisi dapat ditingkatkan melalui pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide-idenya yang menggambarkan pemahamannya terhadap permasalahan atau materi. Fleksibilitas kognisi dapat menumbuhkan kreativitas berfikir divergen dalam mempresentasikan masalah atau topik materi. Dari masalah yang ditetapkan siswa, siswa dapat mengembangkan lagkah-langkah berikutnya melalui diskusi kelompok.
Sumber-sumber informasi bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan wawasan , pemahaman mater, pengambilan keputusan atau pengembangan alternatif - alternatif yangdisepakati dalam kelompok untuk kebaikan bersama. Cognitive tools, merupakan bantuan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan unuk menyelesaikan tugas-tugasnya.cognitive tools membantu siswa untuk mempresentasikan apa yang dipelajarinya, apa yang dipahaminya, atau melakukan aktifitas berfikir melalui pemberian tugas-tugas.
Pemodelan yang dinamis adalah pengetahuan yang memberikan cara-cara berfikir dan menganalisis, mengorganisasi dan cara-cara untk mengungkapkan pemahaman mereka terhadap suatu fenomena. Pemodelan membantu siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, “apa yang saya ketahui”, ‘apa artinya’, “apa manfaatnya”, dan sebagainya. Percakapan kolaborasi dilakukan dengan diskusi kelompok dalam rangka membahas permasalahan yang muncul.
Arends (2004) mengungkapkan cirri-ciri utama pembelajaran aktif kuis tim adalah sebagai berikut:
- Pengajuan pertanyaan atau masalah (Driving question or Problem). Organisasi bimbingan melalui pengajaran diawalai dengan diawali dengan pertanyaan atau masalah.
- Berfokus pada kaitan antar disiplin ilmu (Interdiciplinary focus). Siswa memecahkan masalah yang dihadapi dengan meninjaunya berdasar kaitan antarbidang ilmu. Makin general permasalahan, kaitan antar disiplin semakin tinggi.
- Penyelidikan Otentik (Authentic Investigation). Melakukan penyelidikan untuk mencari solusi yang nyata dari masalah yang nyata. Dalam hal ini sangat diperlukan analisis masalah, hipotesis, melacak informasi dan sumber, melakukan “eksperimen”, interpretasi dan menyimpulkan
- Menghasilkan hasil karya dan memamerkannya (Production of and exhibits): Membuat hasil karya nyata dalam berbagai bentuk seperti laporan, model chart, gambar, program dan sebagai dari hasil pembahasannya. selanjutnya memamerkan dan menyajikannya.
- Kerjasama (collaboration). Pada dasarnya pengajaran ini adalah model pembelajaran kooperatif. Kerjasama yang dimaksud dalam hal ini adalah kerjasama kelompok untuk mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan berfikir Inkuiri, dialog ,diskusi, dan sebagainya.
Dari berbagai pandangan diatas, dapat diidentifikasi bahwa pengembangan diri melalui pendekatan pembelajaran aktif kuis tim mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) belajar diawali dengan topik masalah, b) topik masalah yang dibahas berkaitan erat dengan dunia nyata siswa, c) mengorganisasikan topik masalah yang dibahas berdasarkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman, dan bukan dari disiplin ilmu, d) memberikan tanggungjawab yang besar kepada siswa untuk membentuk dan menjalankan cara dan gaya belajar mereka sendiri secara langsung, e) menekankan penggunaan kelompok kecil dalam belajar, f) mengarahkan dan menuntut siswa untuk mendemonstrasikan atau mempresentasikan apa yang telah mereka pelajaridalam suatu unjuk kerja atau produk, kinerja (performance), dan f) menekankan pada proses “belajar untuk belajar” dengan memberikan tanggungjawab maksimal kepada siswa untuk menentukan proses dan gaya belajarnya sendiri.
Meningkatkan Tanggung Jawab Individu dalam Kelompok Belajar
Bertanggung jawab artinya mengakui akuntabilitas, pengaruh dan peran individu akan terciptanya sebuah situasi dimana individu berada.ini berarti individu bertanggung jawab terhadap perilakunya,dan menerima sepenuhnya konsekuensi apapun yang diakibatkan oleh perbuatannya. Tanggungjawab mengisyaratkan proses pembentukan makna (authorship), Tanggungjawab membawa pada pembebasan pengakuan kebenaran dan tidak melarikan diri dari kesalahan,dan akan membawa individu untuk melangkah lebih lanjut kepada kebaikan yang lebih besar (Kubler dan Ross, 1989). Tanggung jawab adalah pelajaran kedewasaan yang utama, individu yang menerima tanggung jawab berusaha mewujudkan sesuatu dalam situasi tertentu yang berbeda, dimana individu bisa berbangga karenanya (Rosser, 1984).
Bertanggung jawab adalah kesediaan individu menerima sejumlah tugas, kemudian melaksanakan tugas yang telah disepakati antara pemberi tugas dan penerima tugas, berkonsultasi kepada pemberi tugas jika menghadapi masalah atau menemui masalah ketika menjalankan tugasdan melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada pemberi tugas serta kesanggupan bekerjasama dengan pemberi tugas demi keberhasilan tugas yang disepakati bersama (Rogers, 1981).
Kelompok belajar adalah berkumpulnya dua individu atau lebih yang mengadakan aktivitas belajar (Ausubel, 1992). Ada lima elemen penting yang harus ada dalam suatu kelompok belajar antara lain: a) interdependent yang positif (perasaan kebersamaan), b) interaksi face-to-face atau tatap muka saling mendukung (saling membantu saling menghargai, memberikan selamat dan merayakan sukses bersama), c) tanggung jawab individu dan kelompok (demi keberhasilan pembelajaran), d) kemampuan komunikasi antar pribadi dankomunikasi dalamkelompok kecil (komunikasi, rasa percaya, kepemimpinan, pembuatan keputusan dan manajemen serta resolusi konflik), e) pemrosesan secara kelompok (melakukan refleksi terhadap fungsi dan kemampuan mereka bekerjasama sebagai suatu kelompok,dan bagaimana untuk mampu berprestasillebih baik lagi).
Usaha-usaha yang harus diperhatikan agar kelompok belajar lebih efektif mrliputi Pengelompokan harus memperhatikan level kemampuan, karakter, style belajar, dan heterogenitas agar terjadi pelatihan silang (cross-training), jumlah anggota kelompok harus desuai dengan materi bahasan dan waktu pengerjaan. jumlah ideal anara 3 – 5 orang tiap kelompok, dan kelompok belajar harus diterapkan secara konsisten dan sistematik dengan memperhatikan, stamina individu anggota kelompok, frekuensi, privasi, dan daya asimilasi materi pembelajaran setiap individu dalam kelompok .
Ada 3 macam pengelompokan dalam belajar, yaitu:
1. Kelompok Informal
Kelompok ini bersifat sementara, pengelompokan ini hanya digunakan dalam satu periode pengajaran. Kelompok ini biasanya hanya terdiri dari dua orang siswa. Tujuan kelompok ini adalah untuk menjelaskan harapan akan hasil yang ingin dicapai , membantu siswa untuk lebih focus pada materipembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa secara lebih mendalam memproses informasi yang diajarkan atau menyediakan waktu untuk melakukan pengulangan dan menjangkarkan informasi.
2. Kelompok Formal
Kelompok ini digunakan untuk memastikan bahwa siswa mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan cukup waktu untuk menyelesaikan suatu tugas dengan baik,kelompok ini bisa bekerja beberapa hari atau bahkan beberapa minggu tergantung pada tugas yang diberikan kepada meraka.
3. Kelompok Pendukung
Kelompok pendukung adalah pengelompokan dengan tenggang waktu yang lebih panjang (misalnya satu semester atau satu tahun). Tujuannya adalah memberi suatu dukungan yang berkelanjutan antara satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan diatas, langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan kuis ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Fase 1 : Pendahuluan
Menjelaskan kepada siswa tentang pengembangan diri melalui Pembelajaran dengan pendekatan kuis tim yang akan digunakan , dan tujuan pembelajaran. Target akhir (product) yang akan dicapai Pada akhir pembelajaran adalah meningkatnya tanggung jawab individu dalam kelompok belajar. Menetapkan kegiatan siswa, tingkah laku dan interaksi antarsiswa selama pembelajaran yang diharapkan.
Fase 2: Penyajian Informasi
Guru menyajikan konsep kunci secara verbal dalam bentuk garis besar atau menggunakan bentuk bahan ajar lainnya. Berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki siswa diberi tugas untuk menambah wawasan materi dengan cara studi pustaka.
Fase 3: Mengatur siswa dalam kelompok belajar
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang seimbang kemudian guru mengatur peran setiap anggota kelompok dalam kelompoknya serta menetapkan rencana kerja masing-masing kelompok.
Fase 4: Membantu siswa bekerja dalam kelompok
Fase 5: Memberikan umpan balik tentang kemajuan kerja
Fase 6 : Membarikan penghargaan terhadap kelompok
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian tindakan kelas, sebab penelitian ini dilakukan karena terjadi permasalahan pembelajaran di kelas. Permasalahan ini ditindaklanjuti dengan cara menguji coba sebuah model pembelajaran yang diamati kemudian direfleksi, dianalisis dan dilakukan uji coba kembali dari siklus ke siklus berikutnya.
Penelitian ini adalah menggunakan model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (1998) mengadopsi dari Suranto, 2000; 49, model ini menggunakan sistem refleksi diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan masalah. Seperti yang diungkapkan oleh Mills GE 2001;17, “Stephen Kemmis has created a well known representation of the action research spiral …”. Peneliti menggunakan model ini karena dianggap paling praktis dan aktual.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA kelas XI. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi: skenario pembelajaran, lembar kegiatan siswa, lembar pengamatan guru dan satuan layanan yang diambil dari silabus.
Skenario pembelajaran dibuat sebagai panduan guru agar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Lembar Kegiatan Siswa digunakan membuat daftar pertanyaan. Tugas Dari Guru/ Kuis Lembar Pengamatan/Observasi guru digunakan untuk mengetahui perkembangan kegiatan/ perubahan tingkah laku siswa. Menurut Waseno (1994) Proses penelitian tindakan ini merupakan proses daur ulang mulai dari tahap perencanaan. Tindakan pengamatan (observasi) dan refleksi (perenungan-pemikiran evaluatif), berulang sesuai banyaknya siklus.
Hasil Belajar Siklus I
Hasil belajar pada siklus pertama diperoleh nilai dari dua bidang yaitu (1) nilai presentasi dan (2) nilai tugas pembuatan soal kuis. Masing-masing tugas dinilai secara individu maupun kelompok. Rekaman nilai siswa digambarkan pada tabel dalam lampiran. Aspek-aspek yang dinilai dalam presentasi adalahsebagai berikut: kekompakan, sistematika penyajian, partisipasi anggota, pemerataan tugas anggota, spontanitas menjawab pertanyaan, bobot jawaban dari pertanyaan yang dibuat, tanggung jawab dalam memandu kuis, tanggung jawab dalam kelompok baik sebagai anggota maupun sebagai ketua, keberanian mengutarakan pendapat, semangat bersaing antar teman kelompok, ketepatan waktu presentasi, antara pertanyaan dan jawaban yang dibuat, ketepatan waktu penyelesaian tugas, kesesuaian materi kuis, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I diketahui bahwa sebagian besar siswa perlu dimotivasi untuk berani mengutarakan pendapat dalam diskusi, menerima saran dari kelompok /oranglain, membangkitkaan spontanitas dan mengatur diskusi supaya terjadi komunikasi multi arah, presentasi adalah hasil diskusi kelompok secara intensif. Siswa perlu dorongan untuk aktif bekerja baik secara individual maupun kelompok. Perlu dibiasakan bekerja secara tim yang saling mendukung.
Hasil kerjasama yang ditampilkan oleh kelompok sangat bervariasi, hasil kerja individu juga sangat bervariasi, hal ini sangat di pengarui oleh beberapa faktor antara lain : situasi dan kondisi bulan puasa, keadaan siswa, kemampuan siswa, pemahaman siswa terhadap materi dan pemahaman siswa terhadap aspek komunikasi kelompok, serta kecocokan dan kekompakan kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk meningkatkan tanggungjawab dan kerjasama baik secara individu maupun kelompok.
Hasil Belajar Siklus II
Berdasarkan refleksi pada siklus I, untuk meningkatkan hasil belajar siswa, perlu adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran. Peningkatan kualitas proses pembelajaran akan dilakukan dengan cara meningkatkan pembelajaran aktif Kuis Tim pada sisi kooperatifnya, sistematikanya dan pengembangan materinya. Usaha yang akan dilakukan adalah pemberian materi seminggu sebelum presentasi.
Hasil belajar pada siklus kedua diperoleh nilai dari dua bidang yaitu (1) nilai presentasi dan (2) nilai tugas pembuatan soal kuis. Masing-masing tugas dinilai secara individu maupun kelompok. Rekaman nilai siswa digambarkan pada tabel dalam lampiran. Aspek-aspek yang dinilai dalam presentasi adalahsebagai berikut: Kekompakan,sistematika penyajian, partisipasi anggota, pemerataan tugas anggota, spontanitas menjawab pertanyaan, bobot jawaban dari pertanyaan yang dibuat, tanggungjawab dalam memandu kuis, tanggungjawab dalam kelompok baik sebagai anggota maupun sebagai ketua,keberanian mengutarakan pendapat, semangat bersaing antar teman kelompok,ketepatan waktu presentasi. Sedangkan aspek yang termasuk dalam penilaian tugas adalah: kesesuaian antara pertanyaan dan jawaban yang dibuat, ketepatan waktu penyelesaian tugas, kesesuaian materi kuis, dan sebagainya.
Pada siklus kedua, kualitas proses dan hasil belajar siswa menunjukan kecenderungan kearah lebih baik dibandingkan pada siklus pertama. Walaupun demikian masih perlu perbaikan dalam hal tanggungjawab dalam kelompok belajar. Aspek ini merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pengembangan diri siswa, terutama pada penyelesaian tugas –tugas kelompok menjelang project work tugas akhir di kelas XI.
Pemantapan implementasi model pembelajaran aktif kuis tim perlu diadakan pada siklus berikutnya dengan cara merekam dengan video syuting, kemudian siswa mengamati rekaman tersebut bersama-sama. setelah mengamati ,membuat perbandingan antara sebelum diterapkannya pembelajaran kuis tim dan sesudah diterapkannya metode pembelajaran aktif kuis tim tersebut agar bisa melihat secara obyektif peningkatan tanggung jawab dalam kelompok belajar terhadap masing-masing individu. Mengamati secara bersama-sama akan membawa dampak positif terhadap pemahaman diri individu maupun pemahaman kelompok dalam rangka pengembangan diri masing-masing individu maupun kelompok. Refleksi semacam ini sangat diperlukan untuk membangun, menu m buhkembangkan rasa tanggungjawab siswa dalam kolaborasi kelompok belajar. Refleksi dengan pengamatan bersama akan lebih menyenangkan, karena siswa saling mengoreksi diri mereka masing-masing sambil membahas dengan peneliti sebagai guru pembimbing mereka.
Pembahasan Siklus Tindakan dengan Kuis
Paparan pada proses pembelajaran dua siklus yang dilakukan tersebut menunjukan bahwa penggunaan pendekatan metode pembelajaran aktif kuis tim telah dapat meningkatkan tanggungjawab individu dalam kelompok belajar. Siswa dapat secara aktif berpartisipasi dalam merancang, merencanakan,menyiapkan, melaksanakan ,menilai, mengevaluasi kegiatan pembelajaran dengan suasana yang lebih menyenangkan (joyfull learning) . Keterlibatan secara langsung dan menyenangkan ini merupakan pengalaman kebermaknaan hidup dalam belajar, baik makna yang dirumuskan maupun makna yang dihayati (reference and sense of meaning) .Siswa lebih termotivasi untuk berusaha secara bersama-sama dalam mengumpulkan informasi, berdiskusi, berlatih, berkonsulasi, presentasi dalam kelompok belajar (cooperative and colaborative learning). Semangat bersaing secara sehat akan terbentuk melalui kegiatan kelompok belajar semacam ini.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran aktif kuis tim dapat meningkatkan tanggung jawab individu dalam kelompok belajar. Peningkatan tanggung jawab tersebut dapat diamati atau diketahui melalui partisipasi siswa dalam kelompok, keaktifan siswa dalam diskusi, keberanian mempertahankan pendapat, keberanian dalam presentasi, motivasi penyelesaian tugas yang tinggi, kemampuan bersaing, peningkatan rasa percaya diri siswa. Sedangkan indikator peningkatan tanggung jawab tersebut dapat dilihat dari makin meningkatnya kualitas penyelesaian tugas dan unjuk kerja siswa.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa model pembelajaran aktif kuis tim perlu dilaksanakan secara optimal pada mata pelajaran yang lain. Penggunaan pembelajaran model aktif ini dapat di gunakan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran secara akademis. Pada umumnya dan proses pengembangan diri pada khususnya.
Penelitian ini perlu diteruskan agar ada kesinambungan peningkatan kegiatan (continual improvement) dalam kegiatan pembelajaran dan dalam peningkatan aspek kepribadian, pengembangan aspek-aspek individu yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
- Arends, R. I. 2004. Learning to Teach. Singapore: Mc Graw Hill Book.
- Ausubel, D. P. 1992. The Psychology of Meaningful Verbal Learning. New York: Grune and Stratton Publisher.
- Bruner, J. 1966. Toward Theory of Instruction. Massachusetts: Harvard University Press.
- Kubler Ross, Elizabeth. Ed. 1975. Death; the Final Stage of Growth. Prentice-Hall. Inc: Englewood Cliffs, New Jersey.
- Mills, G. E. 2001. Principles of Meat Science. Cambridge: Cambridge University Press.
- Reigeluth, C. M. 1999. Instructional-Design Theories and Models, Volume II: A New Paradigm of Instructional Theory. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum.
- Rogers, C. R. 1981. A Way of Being. Boston: Houghton Mifflin Compay.
- Rosser, N. 1984. Teaching A Child to Read. New York: Harcourt Brace Javanovich.
- Suranto,. 2000. Guru yang Profesional dan Efektif. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
- Waseno, I. 1994. Wawasan dan Konsep Dasar Penelitian Tindakan Pendidikan. Makalah disampaikan dan dibahas pada pelatihan penelitian tindakan yang diselenggarakan di IKIP Yogyakarta tanggal 9-12 Januari 1994.
- Willis, R. 1988. Teori – Teori Belajar. Bandung: IKIP Bandung Press.
Kata Kunci : Kuis Tim, Tanggung Jawab, PKn