Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 Juli 2024

Transformasi Pendidikan: Strategi Efektif Guru dalam Menerapkan Merdeka Belajar yang Berpusat pada Murid

Merdeka Belajar
toriqoel. Transformasi Pendidikan: Strategi Efektif Guru dalam Menerapkan Merdeka Belajar yang Berpusat pada Murid.

Pendidikan adalah fondasi bagi masa depan bangsa. Di tengah dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada murid menjadi kunci utama dalam mempersiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan global. Program "Merdeka Belajar" merupakan inisiatif terbaru yang menekankan pentingnya memberdayakan siswa sebagai subjek aktif dalam proses belajar mengajar.

Mengapa Pentingnya Pembelajaran yang Berpusat pada Murid?
Pembelajaran yang berpusat pada murid menempatkan siswa sebagai pusat dari kegiatan pembelajaran. Pendekatan ini tidak hanya memungkinkan siswa untuk mengembangkan kreativitas dan kemandirian dalam belajar, tetapi juga meningkatkan motivasi dan minat mereka terhadap materi pelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan menginspirasi siswa untuk mengeksplorasi konsep-konsep secara mendalam.

Langkah-langkah Membangun Pembelajaran yang Berpusat pada Murid :
  1. Pemahaman Terhadap Kebutuhan Siswa: Guru perlu memahami kebutuhan individu dan gaya belajar masing-masing siswa. Ini dapat dilakukan melalui observasi, evaluasi, dan interaksi yang berkelanjutan.
  2. Menyusun Tujuan Pembelajaran Bersama: Melibatkan siswa dalam proses penetapan tujuan pembelajaran untuk membangun rasa kepemilikan terhadap proses belajar.
  3. Menggunakan Pendekatan Kolaboratif: Mendorong kolaborasi antara siswa untuk memecahkan masalah dan menghasilkan ide-ide baru. Ini tidak hanya memperkuat keterampilan sosial mereka tetapi juga memperdalam pemahaman atas materi.
  4. Memberikan Ruang untuk Eksplorasi: Memberi siswa kesempatan untuk mengeksplorasi konsep-konsep secara mandiri melalui proyek-proyek atau tugas-tugas yang mendukung pemecahan masalah.
  5. Evaluasi Formatif dan Refleksi: Mengintegrasikan evaluasi formatif yang berkelanjutan dan refleksi diri untuk membantu siswa mengevaluasi kemajuan mereka sendiri dan memperbaiki pemahaman mereka.

Implikasi Program "Merdeka Belajar"
Program "Merdeka Belajar" sebagai bagian dari reformasi pendidikan di Indonesia tidak hanya menawarkan kerangka kerja yang jelas untuk pembelajaran yang berpusat pada murid tetapi juga mendorong inovasi dalam metode pengajaran. Ini menciptakan lingkungan di mana setiap siswa dapat meraih potensi maksimal mereka secara unik dan terarah.

Dengan mengadopsi pendekatan ini, guru tidak hanya menjadi pengajar tetapi juga pembimbing yang mendorong dan memotivasi siswa untuk terus belajar dan berkembang. Dengan demikian, generasi mendatang dapat lebih siap menghadapi tantangan global dan berkontribusi secara positif dalam masyarakat.

Pembelajaran yang berpusat pada murid bukan hanya tentang memberi informasi, tetapi juga tentang membangun kemandirian dan rasa percaya diri yang kuat pada setiap individu. Melalui program "Merdeka Belajar," Indonesia bergerak maju menuju sistem pendidikan yang inklusif dan progresif, mempersiapkan generasi yang siap menghadapi dunia yang terus berubah.

Baca juga: Menginspirasi Kejujuran Akademik Melalui Disiplin Positif: Cara Efektif Mengubah Paradigma Pendidikan

Tags: #MerdekaBelajar #PendidikanIndonesia #GuruInovatif #PembelajaranBerpusatPadaMurid #PendidikanInklusif #MetodePembelajaran #KolaborasiKomunitas #UmpanBalikKonstruktif

Jumat, 19 Juli 2024

Menginspirasi Kejujuran Akademik Melalui Disiplin Positif: Cara Efektif Mengubah Paradigma Pendidikan

Paradigma Pendidikan

toriqoel. Menginspirasi Kejujuran Akademik Melalui Disiplin Positif: Cara Efektif Mengubah Paradigma Pendidikan. Di era digital ini, tantangan kejujuran akademik semakin kompleks. Banyak siswa yang tergoda untuk mencontek atau melakukan plagiarisme demi mendapatkan nilai tinggi. Untuk menghadapi tantangan ini, pendekatan disiplin positif dapat menjadi solusi yang efektif. Bagaimana disiplin positif dapat meningkatkan kejujuran akademik? Artikel ini akan mengulas cara-cara efektif yang dapat diterapkan di lingkungan pendidikan.

Memahami Disiplin Positif
Disiplin positif adalah pendekatan pendidikan yang berfokus pada penguatan perilaku baik melalui penghargaan dan hubungan yang saling menghormati antara guru dan siswa. Alih-alih menggunakan hukuman sebagai alat utama, disiplin positif lebih menekankan pada pembelajaran dari kesalahan dan membangun karakter yang kuat pada siswa.

Kejujuran akademik merupakan fondasi dari integritas pendidikan. Tanpa kejujuran, seluruh sistem pendidikan kehilangan kepercayaannya. Kejujuran akademik tidak hanya mempengaruhi nilai akademis, tetapi juga membentuk karakter siswa untuk masa depan mereka. Siswa yang jujur dalam proses belajarnya akan lebih memahami materi dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis.

Strategi Efektif Menerapkan Disiplin Positif
  1. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung; Guru harus menciptakan suasana kelas yang mendukung dan menghargai setiap usaha siswa. Penghargaan terhadap kejujuran, bahkan dalam hal-hal kecil, dapat memberikan dampak besar.
  2. Menjadi Contoh yang Baik; Guru harus menjadi teladan dalam hal kejujuran dan integritas. Siswa akan lebih cenderung meniru perilaku yang mereka lihat dari orang dewasa di sekitar mereka.
  3. Mengapresiasi Kejujuran; Memberikan penghargaan kepada siswa yang menunjukkan kejujuran dapat memotivasi siswa lain untuk bersikap serupa. Penghargaan tidak harus berupa hadiah besar, tetapi bisa berupa pujian atau pengakuan di depan teman-teman mereka.
  4. Pendidikan Etika dan Kejujuran; Memasukkan pendidikan tentang etika dan kejujuran dalam kurikulum dapat membantu siswa memahami pentingnya nilai-nilai tersebut. Diskusi dan refleksi tentang kasus-kasus ketidakjujuran akademik dapat membantu siswa menyadari konsekuensi dari tindakan mereka.
  5. Mengembangkan Kebijakan Sekolah yang Jelas; Sekolah harus memiliki kebijakan yang jelas dan tegas tentang plagiarisme dan mencontek. Kebijakan ini harus dikomunikasikan dengan baik kepada seluruh siswa dan staf, serta diterapkan secara konsisten.

Manfaat Disiplin Positif dalam Kejujuran Akademik
  1. Meningkatkan Pemahaman Akademik; Siswa yang jujur cenderung lebih fokus pada proses belajar daripada hanya mengejar nilai. Ini akan meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi pelajaran.
  2. Mengembangkan Karakter Positif; Disiplin positif membantu siswa mengembangkan karakter yang kuat, seperti tanggung jawab, integritas, dan etika. Ini akan bermanfaat bagi mereka dalam kehidupan profesional dan pribadi di masa depan.
  3. Menciptakan Lingkungan Belajar yang Sehat; Lingkungan belajar yang positif dan mendukung dapat meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional siswa, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja akademik mereka.

Kisah Sukses: Sekolah Z dan Disiplin Positif
Sekolah Z telah menerapkan disiplin positif selama empat tahun terakhir dan melihat perubahan yang signifikan. Jumlah kasus mencontek dan plagiarisme menurun drastis, sementara semangat belajar dan kejujuran siswa meningkat. Guru-guru di Sekolah Z aktif dalam memberikan apresiasi dan penghargaan kepada siswa yang menunjukkan perilaku positif. Selain itu, mereka juga rutin mengadakan sesi diskusi tentang pentingnya kejujuran dan integritas dalam akademik.

Kesimpulan
Disiplin positif merupakan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan kejujuran akademik. Dengan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, memberikan teladan yang baik, mengapresiasi kejujuran, serta mengembangkan kebijakan sekolah yang jelas, kita dapat membangun budaya kejujuran yang kuat di sekolah. Pendekatan ini tidak hanya bermanfaat untuk prestasi akademik siswa saat ini, tetapi juga mempersiapkan mereka menjadi individu yang jujur dan bertanggung jawab di masa depan.

Baca juga: Membangun Fondasi yang Kuat: Mengintegrasikan Prinsip-Prinsip Pancasila dalam Pendidikan Siswa

tags: #DisiplinPositif #KejujuranAkademik #Pendidikan #EtikaAkademik 
#PengembanganKarakter #IntegritasPendidikan #LingkunganBelajar #Sekolah #Guru #Siswa

Kamis, 18 Juli 2024

Membangun Fondasi yang Kuat: Mengintegrasikan Prinsip-Prinsip Pancasila dalam Pendidikan Siswa

Pancasila

toriqoel. Membangun Fondasi yang Kuat: Mengintegrasikan Prinsip-Prinsip Pancasila dalam Pendidikan Siswa. 

Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia, memuat lima sila yang menjadi pedoman moral dan etika bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan perubahan sosial yang cepat, mengintegrasikan prinsip-prinsip Pancasila dalam pendidikan siswa menjadi sangat penting untuk membangun generasi muda yang berkarakter kuat, berintegritas, dan cinta tanah air. Artikel ini akan membahas pentingnya integrasi prinsip-prinsip Pancasila dalam pendidikan serta strategi yang efektif untuk menerapkannya di sekolah.

Pentingnya Integrasi Prinsip-Prinsip Pancasila dalam Pendidikan
Membangun Karakter yang Kuat: Pancasila mengajarkan nilai-nilai luhur seperti keadilan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan ketuhanan. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip ini dalam pendidikan, siswa dapat dibentuk menjadi individu yang memiliki karakter kuat dan moral yang tinggi. Pendidikan yang berlandaskan Pancasila akan membantu siswa memahami pentingnya nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari.

Mempersiapkan Generasi yang Berkompeten: Pendidikan yang mengedepankan prinsip-prinsip Pancasila akan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang berkompeten dan bertanggung jawab. Mereka akan dibekali dengan kemampuan untuk berpikir kritis, bertindak adil, dan mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai moral yang benar.

Menguatkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa: Salah satu sila Pancasila adalah Persatuan Indonesia. Dengan mengintegrasikan prinsip ini dalam pendidikan, siswa akan diajarkan untuk menghargai perbedaan dan bekerja sama untuk kepentingan bersama. Ini sangat penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa di tengah keberagaman.

Strategi Mengintegrasikan Prinsip-Prinsip Pancasila dalam Pendidikan
Pendidikan Karakter di Kurikulum: Sekolah harus mengintegrasikan pendidikan karakter berbasis Pancasila dalam kurikulum mereka. Mata pelajaran seperti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dapat diperkuat dengan penekanan pada nilai-nilai Pancasila. Selain itu, mata pelajaran lain juga dapat diintegrasikan dengan prinsip-prinsip Pancasila melalui pendekatan tematik.

Pelatihan Guru: Guru memainkan peran penting dalam mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai Pancasila pada siswa. Oleh karena itu, pelatihan guru mengenai metode pengajaran yang efektif untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip Pancasila sangat penting. Guru harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengajarkan nilai-nilai ini dengan cara yang menarik dan relevan.

Kegiatan Ekstrakurikuler: Kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, debat, dan klub sosial dapat menjadi sarana yang efektif untuk mengajarkan nilai-nilai Pancasila. Melalui kegiatan ini, siswa dapat belajar tentang kerja sama, toleransi, dan kepemimpinan dalam konteks nyata.

Proyek Sosial: Melibatkan siswa dalam proyek sosial yang melibatkan masyarakat dapat membantu mereka memahami dan menerapkan nilai-nilai Pancasila. Proyek seperti bakti sosial, kampanye lingkungan, dan kegiatan amal dapat mengajarkan siswa tentang pentingnya kerja sama, keadilan sosial, dan kepedulian terhadap sesama.

Pembiasaan Nilai-Nilai Pancasila: Sekolah harus menciptakan lingkungan yang mendukung pembiasaan nilai-nilai Pancasila. Ini dapat dilakukan melalui kegiatan sehari-hari seperti upacara bendera, diskusi kelas tentang isu-isu sosial, dan penghargaan terhadap perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila.

Kesimpulan
Mengintegrasikan prinsip-prinsip Pancasila dalam pendidikan siswa adalah langkah penting untuk membangun fondasi yang kuat bagi masa depan Indonesia. Dengan mengajarkan nilai-nilai Pancasila, kita dapat membentuk generasi muda yang berkarakter, berkompeten, dan cinta tanah air. Melalui strategi yang efektif seperti pendidikan karakter di kurikulum, pelatihan guru, kegiatan ekstrakurikuler, proyek sosial, dan pembiasaan nilai-nilai Pancasila, kita dapat memastikan bahwa prinsip-prinsip luhur ini tertanam kuat dalam diri setiap siswa.

Baca juga: Bagaimana Pendekatan Cermat Mengelola Program Sekolah yang Berdampak Positif?

Tags: #Pancasila #Pendidikan #Karakter #NilaiPancasila #PendidikanKarakter #GenerasiMuda #Sekolah #Indonesia #PendidikanNasional #Integritas #Kurikulum #PelatihanGuru #Ekstrakurikuler #ProyekSosial #PersatuanBangsa

Selasa, 09 Juli 2024

Bagaimana Pendekatan Cermat Mengelola Program Sekolah yang Berdampak Positif?

toriqoel. Bagaimana Pendekatan Cermat Mengelola Program Sekolah yang Berdampak Positif? Pendekatan Cermat dalam Mengelola Program Sekolah yang Berdampak.

Pendidikan adalah salah satu fondasi penting dalam pembentukan masa depan sebuah bangsa. Untuk memastikan bahwa pendidikan memberikan dampak yang signifikan, diperlukan pendekatan yang cermat dalam pengelolaan program-program sekolah. Pendekatan ini tidak hanya menyangkut aspek administratif, tetapi juga strategi-strategi yang dapat mengoptimalkan pengalaman belajar siswa dan hasil akademik mereka.

Fokus pada Efektivitas Program
Pendekatan cermat dalam mengelola program sekolah memerlukan pemahaman mendalam tentang tujuan dan sasaran pendidikan. Program-program harus dirancang sedemikian rupa untuk memastikan bahwa setiap kegiatan memiliki tujuan yang jelas dan dapat diukur dampaknya. Misalnya, pengelolaan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan kemajuan mereka secara individual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Penyusunan Rencana Aksi yang Tepat
Mengelola program sekolah yang berdampak juga melibatkan penyusunan rencana aksi yang tepat. Hal ini mencakup pengembangan strategi untuk mengidentifikasi dan mengatasi tantangan-tantangan yang mungkin timbul selama implementasi program. Rencana aksi yang baik akan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk sumber daya manusia, keuangan, dan infrastruktur pendukung lainnya.

Perkembangan teknologi memberikan peluang besar dalam meningkatkan efektivitas program-program pendidikan. Dengan memanfaatkan teknologi, sekolah dapat menyediakan akses pembelajaran yang lebih luas dan memperkaya metode pengajaran. Misalnya, platform pembelajaran digital dapat digunakan untuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan individu siswa dan memberikan umpan balik secara real-time.

Evaluasi dan Penyesuaian Berkelanjutan
Pendekatan cermat dalam mengelola program sekolah juga mencakup evaluasi yang teratur terhadap efektivitas program yang telah diimplementasikan. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dan umpan balik dari siswa, orang tua, dan staf pengajar. Berdasarkan hasil evaluasi, sekolah dapat melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan dampak dari program-program pendidikan yang diselenggarakan.

Kolaborasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk pemerintah daerah, komunitas lokal, dan dunia usaha, juga merupakan bagian integral dari pendekatan cermat ini. Melalui keterlibatan aktif stakeholder, sekolah dapat memperluas sumber daya dan mendukung implementasi program-program yang berdampak secara lebih efektif.

Pendekatan cermat dalam mengelola program sekolah yang berdampak bukan hanya tentang administrasi yang baik, tetapi juga tentang inovasi, kreativitas, dan komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh. Dengan mengadopsi pendekatan ini, sekolah dapat memainkan peran penting dalam mencetak generasi penerus yang siap menghadapi tantangan global dengan kualitas pendidikan yang unggul dan berdampak positif bagi masyarakat.
Tags:
#Pendidikan
#ManajemenSekolah
#ProgramPendidikan
#EfektivitasPendidikan
#TeknologidalamPendidikan
#EvaluasiPendidikan
#KeterlibatanStakeholder
#InovasiPendidikan
#PengelolaanKurikulum
#RencanaAksiSekolah

Senin, 25 September 2023

Free Download Buku Guru dan Buku Siswa Kelas 7 SMP Kurikulum Merdeka

TORIQOEL. Free Download Buku Guru dan Buku Siswa Kelas 7 SMP Kurikulum Merdeka. Pusat Pembelajaran dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menerbitkan Panduan Guru dan Buku Siswa setiap mata pelajaran, yang digunakan untuk SD, SMP, SMA atau SMK sederajat yang menerapkan kurikulum merdeka sampai sekarang sudah hampir menyeluruh.

Adapun Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan dan guru untuk mengembangkan berbagai potensinya serta kebebasan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kemampuan dan perkembangannya.

Untuk mendukung program implementasi kurikulum, perlu dipastikan bahwa buku teks harus sesuai dengan kurikulum. Dan buku teks ini merupakan salah satu bahan pendidikan bagi siswa dan guru.

Di tahun 2024, kurikulum ini akan diperkenalkan di Sekolah Vokasi dalam skala terbatas. Buku teks sebagai salah satu bahan pembelajaran juga sedikit digunakan di Sekolah Penggerak tersebut. Berbagai masukan dari guru dan siswa, orang tua serta komunitas sekolah dipastikan tentunya sangat diperlukan untuk penyempurnaan kurikulum.

Adapun Link Download Buku Guru Kelas 7 SMP Kurikulum Merdeka adalah sebagai berikut:
  1. Buku Guru Pendidikan Agama Islam SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  2. Buku Guru Pendidikan Agama Buddha SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  3. Buku Guru Pendidikan Agama Hindu SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  4. Buku Guru Pendidikan Agama Katolik SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  5. Buku Guru Pendidikan Agama Khonghucu SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  6. Buku Guru Kepercayaan Terhadap Tuhan YME SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  7. Buku Guru Bahasa Indonesia SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  8. Buku Guru IPA SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  9. Buku Guru IPS SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  10. Buku Guru Matematika SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  11. Buku Guru PJOK SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  12. Buku Guru PPKn SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  13. Buku Guru Seni Tari SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  14. Buku Guru Seni Rupa SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  15. Buku Guru Seni Musik SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  16. Buku Guru Seni Teater SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini 
  17. Buku Guru Informatika SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
Adapun Link Download Buku Siswa Kelas 7 SMP Kurikulum Merdeka adalah  sebagai berikut:
  1. Buku Siswa Pendidikan Agama Islam SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  2. Buku Siswa Pendidikan Agama Buddha SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  3. Buku Siswa Pendidikan Agama Hindu SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  4. Buku Siswa Pendidikan Agama Kristen SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  5. Buku Siswa Pendidikan Agama Katolik SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  6. Buku Siswa Pendidikan Agama Khonghucu SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  7. Buku Siswa Kepercayaan Terhadap Tuhan YME SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  8. Buku Siswa Bahasa Indonesia SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  9. Buku Siswa IPA SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  10. Buku Siswa IPS SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  11. Buku Siswa Matematika SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
  12. Buku Siswa PPKn SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini 
  13. Buku Siswa Informatika SMP kelas 7 Kurikulum merdeka. Download di sini
Demikian Free Download Buku Guru dan Buku Siswa Kelas 7 SMP Kurikulum Merdeka, mungkin berguna dan bermanfaat.


Senin, 24 Agustus 2020

Materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas 7 Kurikulum 2013




Materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas 7 


KD : 3.1 Menganalisis proses perumusan dan penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara. 
4.1 Menyaji hasil analisis proses perumusan dan penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara. 

Materi : Perumusan dan Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara 

Rangkuman Materi : 
1. Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara 
a. Pembentukan BPUPKI. 
BPUPKI dilantik oleh Jepang, beranggotakan enam puluh dua (62) orang yang terdiri atas tokoh-tokoh bangsa Indonesia dan tujuh (7) orang anggota perwakilan dari Jepang. Ketua BPUPKI adalah dr. K.R.T Radjiman Wedyodiningrat, dengan dua wakil ketua, yaitu Ichibangase Yosio (Jepang) dan R.P Soeroso. 

BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali sidang resmi dan satu kali sidang tidak resmi. Sidang resmi pertama dilaksanakan tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945, membahas tentang Dasar Negara. Sidang kedua berlangsung tanggal 10 sampai dengan 17 Juli 1945 dengan membahas rancangan UndangUndang Dasar. 

b. Perumusan Dasar Negara 
Usulan mengenai rumusan dasar Indonesia merdeka dalam sidang pertama BPUPKI secara berurutan dikemukakan oleh Ir. Soekarno, Mr. Soepomo, dan Mr. Muhammad Yamin. Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan menyepakati kesepakatan dalam satu rancangan pembukaan hukum dasar (undang-undang dasar). Persetujuan Panitia Sembilan ini termaktub di dalam satu rancangan pembukaan hukum dasar (undang-undang dasar). Oleh Ir. Soekarno rancangan pembukaan hukkum dasar ini diberikan nama ”Mukadimah”, oleh Mr. Muhammad Yamin dinamakan ”Piagam Jakarta”, dan oleh Sukiman Wirjosandjojo disebut ”Gentlemen’s Agreement”. Naskah mukadimah ”Piagam Jakarta” memiliki banyak persamaan dengan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 

2. Penetapan Pancasila Sebagai Dasar Negara 
Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI melaksanakan sidang, salah satu keputusan sidang PKI adalah mengesahkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pada alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tercantum rumusan sila-sila Pancasila sebagai Dasar Negara. 

3. Semangat Pendiri Negara dalam Merumuskan dan Menetapkan 
Pancasila sebagai Dasar Negara Semangat kebangsaan disebut juga sebagai nasionalisme dan patriotisme. Nasionalisme adalah suatu paham yang menganggap bahwa kesetiaan tertinggi atas setiap pribadi harus diserahkan kepada negara kebangsaan atau nation state. Patriotisme berasal dari kata patria, yang artinya tanah air. Patriotisme berarti semangat cinta tanah air atau sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk mempertahankan bangsanya.

Demikian Materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kelas 7 Kurikulum 2013, semoga bermanfaat.

Kamis, 08 September 2016

Penggunaan Model Kuis Tim Dalam Meningkatkan Tanggung Jawab Siswa Dalam Pelajaran PKn

Artikel ini memaparkan hasil penelitian tindakan kelas pada semester 2 pada mata Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IX. Pendekatan kolaboratif dengan model kuis tim yang diterapkan dalam proses belajar siswa yang diterapkan dalam artikel ini terbukti dapat meningkatkan tanggung jawab siswa utamanya dan pencapaian pada materi PKn yag dijadikan bahan kuis dengan dibuktikannya hasil observasi dan nilai yang diperoleh siswa. Mengingat pendekatan kolaboratif dengan model kuis tim memerlukan kerja sama dalam menjawab soal kuis, maka model ini disarankan untuk diterapkan pada materi lain atau mata pelajaran lain yang memungkinkan materinya untuk dijadikan materi kuis. Oleh karena itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan penerapan pendekatan kolaboratif dengan model kuis tim oleh guru dan praktisi pendidikan.

https://toriqoel.blogspot.co.id/2016/09/penggunaan-model-kuis-tim-dalam.html
Persoalan-persoalan pembelajaran yang muncul di sekolah sangat beragam. Mulai dari penggunaan strategi pembelajaran, metode, materi, sumber daya manusianya sampai pada sarana dan prasarana pembelajaran, keadaan semacam ini perlu disikapi secara sinergis oleh pelaku pembelajar antara lain: guru, siswa, manager sekolah dan lain-lainnya. 

Persoalan yang sangat menonjol dan perlu tindakan dengan segera dan berkelanjutan adalah tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas akademisnya. Berdasarkan keluhan beberapa guru bidang studi, keluhan guru-guru pembimbing, dan para instansi yang terkait dengan praktek kerja industri, khususnya yang sangat berkaitan dengan target penyelesaian tugas-tugas kelompok siswa. Menjelang penyelesaian tugas akhir project work siswa dituntut memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam mengemban tugas tersebut. Akhir-akhir ini sangat dirasakan bahwa adanya kecenderungan menurunnya aspek-aspek dan nilai-nilai tanggung jawab siswa terhadap tugas belajarnya. Keadaan ini memerlukan upaya dari para guru bidang studi maupun guru pembimbing untuk segera mengambil tindakan edukatif, baik yang berupa kegiatan instruksional maupun kegiatan bimbingan diluar pembelajaran. Untuk mewujudkan upaya tersebut dipilihlah penggunaan metode pembelajaran aktif kuis tim sebagai alternatif dalam usaha memecahkan masalah tersebut. 

Metode kuis tim merupakan salah satu bentuk dari pembelajaran aktif yang dikembangkan melalui pemberdayaan kelompok. Mengefektifkan kerjasama, dan membangun rasa percaya diri individu, serta membangun dan meningkatkan tanggungjawab individu itu dalam kelompok tersebut. 

Aspek pengembangan diri siswa antara lain adalah tanggung jawab, disiplin, kepemimpinan, percaya diri, kemandirian, keberanian mengambil keputusan, motivasi berprestasi, bekerjasama, kejujuran, bersaing secara sehat, sanggup berbeda dengan yang lain, mengambil inisiatif dan sebagainya.

Untuk bidang pengembangan diri, pengembangan kepribadian dan aspek emosi, memerlukan strategi dan teknik tertentu, melalui pembelajaran, pembiasaan dan latihan –latihan.

Guru dan siswa memiliki hubungan yang sinergis dalam suasana yang lebih menyenangkan dan membutuhkan komunikasi yang hangat dengan menumbuhkan kepercayaan satu sama lain secara terus menerus, sehingga dapat mewujudkan suasana kondusif yang lebih tepatnya disebut bimbingan.

Bimbingan dalam skop pemngembangan diri yang disampaikan melalui pembelajaran aktif klasikal, akan lebih efektif jika menggunakan strategi atau pendekatan yang tepat. Pendekatan yang sering digunakan oleh para guru pembimbing dan dianggap efektif adalah pendekatan kelompok, disebut juga bimbingan kelompok, kelompok dimaksud adalah kelompok belajar. 

Burner membahas sisi sosial proses belajar dalam buku klasiknya, Toward a Theory of instruction. Dia menjelaskan tentang “kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerjasama dengan mereka guna mencapai tujuan, ”yang mana hal ini dia sebut resiprositas (hubungan timbal-balik). Bruner berpendapat bahwa resiprositas merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan oleh guru untuk menstimulasi kegiatan belajar. Dia menulis sebagai berikut: ”Dimana dibutuhkan tindakan bersama, dan dimana resiprositas diperlukan bagi kelompok untuk mencapai suatu tujuan, disitulah terdapat proses yang membawa individu ke dalam pembelajaran, membimbingnya untuk mendapatkan kemampuan yang diperlukan dalam pembentukan kelompok” (Bruner :1966).

Konsep-konsep Maslow dan Bruner melandasi perkembangan metode belajar kolaboratif yang sedemikian populer dalam lingkup pendidikan masa kini. Menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi mereka tugas yang menuntut mereka untuk bergantung satu sama lain dalam mengerjakannya merupakan cara yang bagus untuk memanfaatkan kebutuhan sosial siswa. Mereka menjadi cenderung lebih terlibat dalam kegiatan belajar karena mereka mengerjakannya bersama teman-teman. Begitu terlibat, mereka juga langsung memiliki kebutuhan untuk membicarakan apa yang mereka alami bersama teman yang mengarah kepada hubungan-hubungan lebih lanjut.

Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif, namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok-kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Metode kelompok belajar bersama yang terbaik, pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong mereka untuk tidak hanya belajar bersama namun juga mengajarkan satu sama lain dan mereka merasa satu tim. 

Hasil pengamatan yang telah dihimpun menunjukkan adanya kecenderungan bahwa: (1) sebagian siswa cerdas belum bisa mencapai prestasi yang diharapkan, (2) sebagian siswa belum menyadari tanggung jawabnya dalam penyelesaian tugas secara individu maupun kelompok, (3) Sebagian siswa belum paham bagaimana bekerja secara tim, (4) kurangnya pemahaman diri masing-masing siswa dalam penyelesaian tugas kelompok, (5) masih adanya siswa yang terlalu bergantung dengan teman, (6) sebagian siswa belajar kurang bersungguh-sungguh,asal-asalan,terpaksa dsb.

Dalam rangka pengembangan diri siswa melalui pembelajaran aktif kuis tim dipandang sebagai metode atau pendekatan paling tepat untuk meningkatkan tanggung jawab individu dalam kelompok belajar. Pada pembelajaran aktif Kuis Tim, siswa bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan khusus yaitu menyelesaikan sebuah tugas. Hal itu dapat dicapai dengan cara : Pertama, Mengajak siswa bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas, membahas masalah dalam diskusi, dan menyelesaikan tugas kelompok lainnya. Kedua, pengaturan siswa dalam kelompok kecil yang heterogen menantang dan memotivasi siswa untuk saling membantu, berbagi tugas dan mendukung belajar teman lainnya dalam kelompok. Ketiga, penumbuhan rasa tanggung jawab untuk belajar dan bekerja sama dalam upaya bersaing antar kelompok. Keempat, terjadinya proses membangun tim atau kelompok yang kuat dalam belajar.

Dengan memperhatikan beberapa keuntungan metode atau pendekatan kuis tim, peneliti menganggap penting untuk menerapkan pendekatan ini sebagai salah satu sumbangan menciptakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dalam rangka pengembangan diri siswa. Berdasarkan paparan pada latar belakang masalah, permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pendekatan kolaboratif model Kuis Tim ini dalam meningkatkan pelajaran PKn di kelas XI Semester 2.

Untuk memecahkan masalah kurangnya tanggungjawab siswa dalam penyelesaian tugas dalam kelompok belajar, maka diterapkanlah metode atau pendekatan Kuis Tim. Langkah-langkah umum atau kerangka pemecahan masalah adalah sebagai berikut: (1) siswa satu kelas berjumlah 40 siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 -5 orang perkelompok, (2) semua kelompok diberi materi yang sama dan diberi tugas untuk mempelajari dan membahas materi tersebut dengan kelompoknya. Semua kelompok dibebaskan untuk mencari literatur tambahan di perpustakaan. Masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggota kelompok sebagai ketua atau pimpinan kelompok, (3) masing-masing kelompok melakukan diskusi , dan membuat 5 pertanyaan sekaligus jawaban yang akan dipresentasikan dalam bentuk kuis. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab menguasai satu materi pertanyaan dan jawabannya sekaligus menentukan skor jawaban yang akan muncul dari teman lawan kelompok, (4) masing-masing ketua kelompok berunding untuk menyepakati mekanisme permainan kuis, ketentuan–ketentuan yang harus di taati selama permainan, petunjuk permainan yang ada dibawa ke kelompok masing-masing, (5) presentasi kuis dilaksanakan dalam dua termin yaitu termin pertama kelompok 1 sampai 4 dan termin kedua kelompok 5 sampai 8. Masing-masing termin diambil kelompok mana yang memperoleh skor tertinggi dan dinobatkan sebagai pemenang dan setiap termin diadakan refleksi, (6) pemenang kuis termin pertama dan pemenang kuis termin kedua diberi materi yang berbeda, dan kepada masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk presentasi melalui kuis dalam tatap muka yang lain. Para ketua kelompok yang lain sebagai pengamat dan penilai dan anggota yang lain menjadi partisipan sekaligus supporter, (7) setelah presentasi selesai diadakan penilaian dan penobatan kelompok terbaik dan secara bersama-sama mengadakan refleksi terakhir. Hasil refleksi dicatat dalam bentuk rekaman data, dan (8) diedarkan kuesioner kepada seluruh siswa untuk diisi sebagai kegiatan terakhir, dalam rangka memperoleh umpan balik dari kegiatan penggunaan pendekatan Kuis tim. 

Tujuan utama penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa tanggung jawab siswa dalam rangka membangun kerjasama dalam kelompok belajar melalui pendekatan Kuis Tim sebagai alternatif dalam proses pengembangan diri siswa, (2) meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dalam kelompok belajar, dan (3) memasyarakatkan metode pembelajaran aktif kuis tim sebagai alternatif dalam proses pengembangan diri siswa.

Pendekatan Kolaboratif Model Kuis Tim
Pendekatan kuis tim adalah salah satu bentuk atau bagian dari pembelajaran aktif yang mengedepankan kegiatan yang menyenangkan, menciptakan kreativitas- kreativitas baru, mengutamakan efektifitas dalam belajar, memobilisasi kelompok secara konsisten.

Belajar aktif adalah mengkaji gagasan, mendiskusikan gagasan, memecahkan masalah, mengambil kesimpulan dan menerapkan apa yang dipelajari dengan semangat dan menyenangkan (Piaget dalam Wilis, 1988). Montessori mengatakan bahwa, siswa akan belajar dengan sangat baik dari pengalaman konkret yang berlandaskan kegiatan yang menyenangkan dan berkesan dalam kebersamaan atau kegiatan kelompok yang saling mempengaruhi dan saling menghargai perbedaan individual serta menghargai beragamnya kecerdasan.

Belajar aktif melalui pendekatan kuis tim ini memiliki ciri khusus sebagai berikut: a) belajar dimulai dengan suatu topik, b) pembentukan tim, untuk mengenal satu sama lain dalam menciptakan satu kerjasama dan kesalingtergantungan, c) pelibatan belajar secara langsung untuk menciptakan minat awal terhadap pelajaran, dan d) penilaian serentak untuk mempelajari sikap, pengetahuan, dan pengalaman siswa. Teknik-teknik ini digunakan untuk mendorong siswa untuk mengambil peran aktif sejak awal. 

Teknik yang digunakan sebagai alternative dalam membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan ,ketrampilan secara aktif adalah sebagai berikut: a) proses belajar satu kelas penuh yang dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dipimpin oleh guru sebagai stimulator seluruh siswa, b) diskusi kelas yang yang mewadahi dialog dan debat tentang persoalan-persoalan yang muncul dalam presentasi kelompok, c) pengajuan pertanyaan oleh siswa dalam rangka meminta penjelasan atau penguatan konsep pemahaman topik, d) kegiatan belajar kolaboratif untuk penyelesaian tugas secara bersama-sama dalam kelompok kecil, e) pengajaran oleh teman sekelas dalam rangka tukar menukar informasi dan penjajakan pengetahuan dengan sistim among, f) kegiatan belajar madiri, yakni aktifitas belajar yang dilakukan di dalam kelompok tersebut untuk meningkatkan tanggung jawab individu terhadap apa yang telah mereka pelajari dan pahami, g) kegiatan belajar aktif dan partisipatif, yakni kegiatan yang membantu siswa dalam memahami perasaan, nilai-nilai dan sikap mereka, dan h) pengembangan ketrampilan,mempelajari dan mempraktekan ketrampilan baik secara teknis maupun non teknis.

Pengembangan diri melalui pembelajaran aktif kuis tim lebih efektif bila didukung oleh lingkungan belajar yang kondusif. Lingkungan kondusif ini biasa disebut lingkungan konstruktivistik dalam pembelajaran.

Jonassen dalam Reigeluth (1999) mengemukakan bahwa lingkungan belajar konstruktivistik mencakup beberapa faktor antara lain kasus-kasus berhubungan, fleksibilitas kognisi, sumber-sumber informasi, cognitive tools, pemodelan yang dinamis,percakapan dan kolaborasi, dan dukungan sosial konstektual. Kasus-kasus berhubungan membantu siswa untuk memahami persoalan-persoalan secara implisit. Kasus-kasus berhubungan dalam model ini dapat membantu siswa dalam belajar melalui kondisi yang dapat meningkatkan memori dan fleksibilitas kognisi siswa.

Dalam konteks pengembangan diri, terdapat hubungan antara peningkatan tanggung jawab individu,penggunaan model pembelajaran aktif, pengembangan metode pembelajaran kuis tim dan efektifitas kelompok belajar dalam kekompakan dalam presentasi. Fleksibilitas kognisi mempresentasikan materi dalam upaya memahami kompleksitas yang berkaitan dengan domain pengetahuan. Fleksibilitas kognisi dapat ditingkatkan melalui pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide-idenya yang menggambarkan pemahamannya terhadap permasalahan atau materi. Fleksibilitas kognisi dapat menumbuhkan kreativitas berfikir divergen dalam mempresentasikan masalah atau topik materi. Dari masalah yang ditetapkan siswa, siswa dapat mengembangkan lagkah-langkah berikutnya melalui diskusi kelompok.

Sumber-sumber informasi bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan wawasan , pemahaman mater, pengambilan keputusan atau pengembangan alternatif - alternatif yangdisepakati dalam kelompok untuk kebaikan bersama. Cognitive tools, merupakan bantuan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan unuk menyelesaikan tugas-tugasnya.cognitive tools membantu siswa untuk mempresentasikan apa yang dipelajarinya, apa yang dipahaminya, atau melakukan aktifitas berfikir melalui pemberian tugas-tugas.

Pemodelan yang dinamis adalah pengetahuan yang memberikan cara-cara berfikir dan menganalisis, mengorganisasi dan cara-cara untk mengungkapkan pemahaman mereka terhadap suatu fenomena. Pemodelan membantu siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, “apa yang saya ketahui”, ‘apa artinya’, “apa manfaatnya”, dan sebagainya. Percakapan kolaborasi dilakukan dengan diskusi kelompok dalam rangka membahas permasalahan yang muncul.

Arends (2004) mengungkapkan cirri-ciri utama pembelajaran aktif kuis tim adalah sebagai berikut:
  1. Pengajuan pertanyaan atau masalah (Driving question or Problem). Organisasi bimbingan melalui pengajaran diawalai dengan diawali dengan pertanyaan atau masalah.
  2. Berfokus pada kaitan antar disiplin ilmu (Interdiciplinary focus). Siswa memecahkan masalah yang dihadapi dengan meninjaunya berdasar kaitan antarbidang ilmu. Makin general permasalahan, kaitan antar disiplin semakin tinggi.
  3. Penyelidikan Otentik (Authentic Investigation). Melakukan penyelidikan untuk mencari solusi yang nyata dari masalah yang nyata. Dalam hal ini sangat diperlukan analisis masalah, hipotesis, melacak informasi dan sumber, melakukan “eksperimen”, interpretasi dan menyimpulkan
  4. Menghasilkan hasil karya dan memamerkannya (Production of and exhibits): Membuat hasil karya nyata dalam berbagai bentuk seperti laporan, model chart, gambar, program dan sebagai dari hasil pembahasannya. selanjutnya memamerkan dan menyajikannya.
  5. Kerjasama (collaboration). Pada dasarnya pengajaran ini adalah model pembelajaran kooperatif. Kerjasama yang dimaksud dalam hal ini adalah kerjasama kelompok untuk mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan berfikir Inkuiri, dialog ,diskusi, dan sebagainya. 

Dari berbagai pandangan diatas, dapat diidentifikasi bahwa pengembangan diri melalui pendekatan pembelajaran aktif kuis tim mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) belajar diawali dengan topik masalah, b) topik masalah yang dibahas berkaitan erat dengan dunia nyata siswa, c) mengorganisasikan topik masalah yang dibahas berdasarkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman, dan bukan dari disiplin ilmu, d) memberikan tanggungjawab yang besar kepada siswa untuk membentuk dan menjalankan cara dan gaya belajar mereka sendiri secara langsung, e) menekankan penggunaan kelompok kecil dalam belajar, f) mengarahkan dan menuntut siswa untuk mendemonstrasikan atau mempresentasikan apa yang telah mereka pelajaridalam suatu unjuk kerja atau produk, kinerja (performance), dan f) menekankan pada proses “belajar untuk belajar” dengan memberikan tanggungjawab maksimal kepada siswa untuk menentukan proses dan gaya belajarnya sendiri.

Meningkatkan Tanggung Jawab Individu dalam Kelompok Belajar
Bertanggung jawab artinya mengakui akuntabilitas, pengaruh dan peran individu akan terciptanya sebuah situasi dimana individu berada.ini berarti individu bertanggung jawab terhadap perilakunya,dan menerima sepenuhnya konsekuensi apapun yang diakibatkan oleh perbuatannya. Tanggungjawab mengisyaratkan proses pembentukan makna (authorship), Tanggungjawab membawa pada pembebasan pengakuan kebenaran dan tidak melarikan diri dari kesalahan,dan akan membawa individu untuk melangkah lebih lanjut kepada kebaikan yang lebih besar (Kubler dan Ross, 1989). Tanggung jawab adalah pelajaran kedewasaan yang utama, individu yang menerima tanggung jawab berusaha mewujudkan sesuatu dalam situasi tertentu yang berbeda, dimana individu bisa berbangga karenanya (Rosser, 1984).

Bertanggung jawab adalah kesediaan individu menerima sejumlah tugas, kemudian melaksanakan tugas yang telah disepakati antara pemberi tugas dan penerima tugas, berkonsultasi kepada pemberi tugas jika menghadapi masalah atau menemui masalah ketika menjalankan tugasdan melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada pemberi tugas serta kesanggupan bekerjasama dengan pemberi tugas demi keberhasilan tugas yang disepakati bersama (Rogers, 1981).

Kelompok belajar adalah berkumpulnya dua individu atau lebih yang mengadakan aktivitas belajar (Ausubel, 1992). Ada lima elemen penting yang harus ada dalam suatu kelompok belajar antara lain: a) interdependent yang positif (perasaan kebersamaan), b) interaksi face-to-face atau tatap muka saling mendukung (saling membantu saling menghargai, memberikan selamat dan merayakan sukses bersama), c) tanggung jawab individu dan kelompok (demi keberhasilan pembelajaran), d) kemampuan komunikasi antar pribadi dankomunikasi dalamkelompok kecil (komunikasi, rasa percaya, kepemimpinan, pembuatan keputusan dan manajemen serta resolusi konflik), e) pemrosesan secara kelompok (melakukan refleksi terhadap fungsi dan kemampuan mereka bekerjasama sebagai suatu kelompok,dan bagaimana untuk mampu berprestasillebih baik lagi).

Usaha-usaha yang harus diperhatikan agar kelompok belajar lebih efektif mrliputi Pengelompokan harus memperhatikan level kemampuan, karakter, style belajar, dan heterogenitas agar terjadi pelatihan silang (cross-training), jumlah anggota kelompok harus desuai dengan materi bahasan dan waktu pengerjaan. jumlah ideal anara 3 – 5 orang tiap kelompok, dan kelompok belajar harus diterapkan secara konsisten dan sistematik dengan memperhatikan, stamina individu anggota kelompok, frekuensi, privasi, dan daya asimilasi materi pembelajaran setiap individu dalam kelompok . 

Ada 3 macam pengelompokan dalam belajar, yaitu:
1. Kelompok Informal
Kelompok ini bersifat sementara, pengelompokan ini hanya digunakan dalam satu periode pengajaran. Kelompok ini biasanya hanya terdiri dari dua orang siswa. Tujuan kelompok ini adalah untuk menjelaskan harapan akan hasil yang ingin dicapai , membantu siswa untuk lebih focus pada materipembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa secara lebih mendalam memproses informasi yang diajarkan atau menyediakan waktu untuk melakukan pengulangan dan menjangkarkan informasi.

2. Kelompok Formal
Kelompok ini digunakan untuk memastikan bahwa siswa mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan cukup waktu untuk menyelesaikan suatu tugas dengan baik,kelompok ini bisa bekerja beberapa hari atau bahkan beberapa minggu tergantung pada tugas yang diberikan kepada meraka.

3. Kelompok Pendukung
Kelompok pendukung adalah pengelompokan dengan tenggang waktu yang lebih panjang (misalnya satu semester atau satu tahun). Tujuannya adalah memberi suatu dukungan yang berkelanjutan antara satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan diatas, langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan kuis ini dapat diuraikan sebagai berikut:

Fase 1 : Pendahuluan
Menjelaskan kepada siswa tentang pengembangan diri melalui Pembelajaran dengan pendekatan kuis tim yang akan digunakan , dan tujuan pembelajaran. Target akhir (product) yang akan dicapai Pada akhir pembelajaran adalah meningkatnya tanggung jawab individu dalam kelompok belajar. Menetapkan kegiatan siswa, tingkah laku dan interaksi antarsiswa selama pembelajaran yang diharapkan.

Fase 2: Penyajian Informasi
Guru menyajikan konsep kunci secara verbal dalam bentuk garis besar atau menggunakan bentuk bahan ajar lainnya. Berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki siswa diberi tugas untuk menambah wawasan materi dengan cara studi pustaka.

Fase 3: Mengatur siswa dalam kelompok belajar
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang seimbang kemudian guru mengatur peran setiap anggota kelompok dalam kelompoknya serta menetapkan rencana kerja masing-masing kelompok.

Fase 4: Membantu siswa bekerja dalam kelompok

Fase 5: Memberikan umpan balik tentang kemajuan kerja

Fase 6 : Membarikan penghargaan terhadap kelompok

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian tindakan kelas, sebab penelitian ini dilakukan karena terjadi permasalahan pembelajaran di kelas. Permasalahan ini ditindaklanjuti dengan cara menguji coba sebuah model pembelajaran yang diamati kemudian direfleksi, dianalisis dan dilakukan uji coba kembali dari siklus ke siklus berikutnya.

Penelitian ini adalah menggunakan model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (1998) mengadopsi dari Suranto, 2000; 49, model ini menggunakan sistem refleksi diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan masalah. Seperti yang diungkapkan oleh Mills GE 2001;17, “Stephen Kemmis has created a well known representation of the action research spiral …”. Peneliti menggunakan model ini karena dianggap paling praktis dan aktual.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA kelas XI. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi: skenario pembelajaran, lembar kegiatan siswa, lembar pengamatan guru dan satuan layanan yang diambil dari silabus.

Skenario pembelajaran dibuat sebagai panduan guru agar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Lembar Kegiatan Siswa digunakan membuat daftar pertanyaan. Tugas Dari Guru/ Kuis Lembar Pengamatan/Observasi guru digunakan untuk mengetahui perkembangan kegiatan/ perubahan tingkah laku siswa. Menurut Waseno (1994) Proses penelitian tindakan ini merupakan proses daur ulang mulai dari tahap perencanaan. Tindakan pengamatan (observasi) dan refleksi (perenungan-pemikiran evaluatif), berulang sesuai banyaknya siklus.

Hasil Belajar Siklus I
Hasil belajar pada siklus pertama diperoleh nilai dari dua bidang yaitu (1) nilai presentasi dan (2) nilai tugas pembuatan soal kuis. Masing-masing tugas dinilai secara individu maupun kelompok. Rekaman nilai siswa digambarkan pada tabel dalam lampiran. Aspek-aspek yang dinilai dalam presentasi adalahsebagai berikut: kekompakan, sistematika penyajian, partisipasi anggota, pemerataan tugas anggota, spontanitas menjawab pertanyaan, bobot jawaban dari pertanyaan yang dibuat, tanggung jawab dalam memandu kuis, tanggung jawab dalam kelompok baik sebagai anggota maupun sebagai ketua, keberanian mengutarakan pendapat, semangat bersaing antar teman kelompok, ketepatan waktu presentasi, antara pertanyaan dan jawaban yang dibuat, ketepatan waktu penyelesaian tugas, kesesuaian materi kuis, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I diketahui bahwa sebagian besar siswa perlu dimotivasi untuk berani mengutarakan pendapat dalam diskusi, menerima saran dari kelompok /oranglain, membangkitkaan spontanitas dan mengatur diskusi supaya terjadi komunikasi multi arah, presentasi adalah hasil diskusi kelompok secara intensif. Siswa perlu dorongan untuk aktif bekerja baik secara individual maupun kelompok. Perlu dibiasakan bekerja secara tim yang saling mendukung.

Hasil kerjasama yang ditampilkan oleh kelompok sangat bervariasi, hasil kerja individu juga sangat bervariasi, hal ini sangat di pengarui oleh beberapa faktor antara lain : situasi dan kondisi bulan puasa, keadaan siswa, kemampuan siswa, pemahaman siswa terhadap materi dan pemahaman siswa terhadap aspek komunikasi kelompok, serta kecocokan dan kekompakan kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran ini dapat membantu siswa untuk meningkatkan tanggungjawab dan kerjasama baik secara individu maupun kelompok.

Hasil Belajar Siklus II
Berdasarkan refleksi pada siklus I, untuk meningkatkan hasil belajar siswa, perlu adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran. Peningkatan kualitas proses pembelajaran akan dilakukan dengan cara meningkatkan pembelajaran aktif Kuis Tim pada sisi kooperatifnya, sistematikanya dan pengembangan materinya. Usaha yang akan dilakukan adalah pemberian materi seminggu sebelum presentasi.

Hasil belajar pada siklus kedua diperoleh nilai dari dua bidang yaitu (1) nilai presentasi dan (2) nilai tugas pembuatan soal kuis. Masing-masing tugas dinilai secara individu maupun kelompok. Rekaman nilai siswa digambarkan pada tabel dalam lampiran. Aspek-aspek yang dinilai dalam presentasi adalahsebagai berikut: Kekompakan,sistematika penyajian, partisipasi anggota, pemerataan tugas anggota, spontanitas menjawab pertanyaan, bobot jawaban dari pertanyaan yang dibuat, tanggungjawab dalam memandu kuis, tanggungjawab dalam kelompok baik sebagai anggota maupun sebagai ketua,keberanian mengutarakan pendapat, semangat bersaing antar teman kelompok,ketepatan waktu presentasi. Sedangkan aspek yang termasuk dalam penilaian tugas adalah: kesesuaian antara pertanyaan dan jawaban yang dibuat, ketepatan waktu penyelesaian tugas, kesesuaian materi kuis, dan sebagainya.

Pada siklus kedua, kualitas proses dan hasil belajar siswa menunjukan kecenderungan kearah lebih baik dibandingkan pada siklus pertama. Walaupun demikian masih perlu perbaikan dalam hal tanggungjawab dalam kelompok belajar. Aspek ini merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pengembangan diri siswa, terutama pada penyelesaian tugas –tugas kelompok menjelang project work tugas akhir di kelas XI.

Pemantapan implementasi model pembelajaran aktif kuis tim perlu diadakan pada siklus berikutnya dengan cara merekam dengan video syuting, kemudian siswa mengamati rekaman tersebut bersama-sama. setelah mengamati ,membuat perbandingan antara sebelum diterapkannya pembelajaran kuis tim dan sesudah diterapkannya metode pembelajaran aktif kuis tim tersebut agar bisa melihat secara obyektif peningkatan tanggung jawab dalam kelompok belajar terhadap masing-masing individu. Mengamati secara bersama-sama akan membawa dampak positif terhadap pemahaman diri individu maupun pemahaman kelompok dalam rangka pengembangan diri masing-masing individu maupun kelompok. Refleksi semacam ini sangat diperlukan untuk membangun, menu m buhkembangkan rasa tanggungjawab siswa dalam kolaborasi kelompok belajar. Refleksi dengan pengamatan bersama akan lebih menyenangkan, karena siswa saling mengoreksi diri mereka masing-masing sambil membahas dengan peneliti sebagai guru pembimbing mereka.

Pembahasan Siklus Tindakan dengan Kuis
Paparan pada proses pembelajaran dua siklus yang dilakukan tersebut menunjukan bahwa penggunaan pendekatan metode pembelajaran aktif kuis tim telah dapat meningkatkan tanggungjawab individu dalam kelompok belajar. Siswa dapat secara aktif berpartisipasi dalam merancang, merencanakan,menyiapkan, melaksanakan ,menilai, mengevaluasi kegiatan pembelajaran dengan suasana yang lebih menyenangkan (joyfull learning) . Keterlibatan secara langsung dan menyenangkan ini merupakan pengalaman kebermaknaan hidup dalam belajar, baik makna yang dirumuskan maupun makna yang dihayati (reference and sense of meaning) .Siswa lebih termotivasi untuk berusaha secara bersama-sama dalam mengumpulkan informasi, berdiskusi, berlatih, berkonsulasi, presentasi dalam kelompok belajar (cooperative and colaborative learning). Semangat bersaing secara sehat akan terbentuk melalui kegiatan kelompok belajar semacam ini.

Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran aktif kuis tim dapat meningkatkan tanggung jawab individu dalam kelompok belajar. Peningkatan tanggung jawab tersebut dapat diamati atau diketahui melalui partisipasi siswa dalam kelompok, keaktifan siswa dalam diskusi, keberanian mempertahankan pendapat, keberanian dalam presentasi, motivasi penyelesaian tugas yang tinggi, kemampuan bersaing, peningkatan rasa percaya diri siswa. Sedangkan indikator peningkatan tanggung jawab tersebut dapat dilihat dari makin meningkatnya kualitas penyelesaian tugas dan unjuk kerja siswa.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa model pembelajaran aktif kuis tim perlu dilaksanakan secara optimal pada mata pelajaran yang lain. Penggunaan pembelajaran model aktif ini dapat di gunakan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran secara akademis. Pada umumnya dan proses pengembangan diri pada khususnya.

Penelitian ini perlu diteruskan agar ada kesinambungan peningkatan kegiatan (continual improvement) dalam kegiatan pembelajaran dan dalam peningkatan aspek kepribadian, pengembangan aspek-aspek individu yang lain. 


DAFTAR RUJUKAN
  • Arends, R. I. 2004. Learning to Teach. Singapore: Mc Graw Hill Book. 
  • Ausubel, D. P. 1992. The Psychology of Meaningful Verbal Learning. New York: Grune and Stratton Publisher.
  • Bruner, J. 1966. Toward Theory of Instruction. Massachusetts: Harvard University Press.
  • Kubler Ross, Elizabeth. Ed. 1975. Death; the Final Stage of Growth. Prentice-Hall. Inc: Englewood Cliffs, New Jersey.
  • Mills, G. E. 2001. Principles of Meat Science. Cambridge: Cambridge University Press.
  • Reigeluth, C. M. 1999. Instructional-Design Theories and Models, Volume II: A New Paradigm of Instructional Theory. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum.
  • Rogers, C. R. 1981. A Way of Being. Boston: Houghton Mifflin Compay.
  • Rosser, N. 1984. Teaching A Child to Read. New York: Harcourt Brace Javanovich.
  • Suranto,. 2000. Guru yang Profesional dan Efektif. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
  • Waseno, I. 1994. Wawasan dan Konsep Dasar Penelitian Tindakan Pendidikan. Makalah disampaikan dan dibahas pada pelatihan penelitian tindakan yang diselenggarakan di IKIP Yogyakarta tanggal 9-12 Januari 1994.
  • Willis, R. 1988. Teori – Teori Belajar. Bandung: IKIP Bandung Press.
Kata Kunci : Kuis Tim, Tanggung Jawab, PKn