Tampilkan postingan dengan label Berita Islami. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berita Islami. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Juni 2024

Menjaga Tradisi, Merangkul Inovasi: Masa Depan NU di Jakarta Pasca Perpindahan Ibu Kota

toriqoel. Menjaga Tradisi, Merangkul Inovasi: Masa Depan NU di Jakarta Pasca Perpindahan Ibu Kota. Artikel dalam potingan ini terkait "Sowan KH Samsul Ma'arif, Ketua PWNU DKI Jakarta: Nasib NU di Jakarta Setelah Ibu Kota Pindah" membahas bagaimana Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta, KH Samsul Ma'arif, memandang masa depan NU di Jakarta setelah ibu kota negara pindah ke Nusantara, Kalimantan Timur.

Berikut beberapa poin utama yang disampaikan dalam artikel tersebut:
  1. Peran NU di Jakarta: Meskipun ibu kota negara pindah, Jakarta tetap akan menjadi pusat ekonomi dan budaya yang penting. KH Samsul Ma'arif menekankan bahwa NU di Jakarta harus terus berkontribusi pada pengembangan masyarakat, menjaga nilai-nilai keagamaan, dan bekerja sama dengan pemerintah serta berbagai elemen masyarakat lainnya untuk memajukan kota.
  2. Prinsip Adaptasi: KH Samsul Ma'arif menekankan pentingnya prinsip "al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah", yang berarti memelihara tradisi lama yang baik dan mengadopsi hal-hal baru yang lebih baik. Ini menunjukkan bahwa NU perlu menjaga tradisi dan nilai-nilai baik yang sudah ada, sambil tetap terbuka terhadap inovasi dan perubahan positif yang dapat meningkatkan kontribusi mereka di masyarakat.
  3. Kerjasama dengan Pemerintah: KH Samsul juga menyoroti pentingnya kerjasama antara pemerintah dan organisasi masyarakat, termasuk NU, dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada di Jakarta. Beliau mengajak pemerintah untuk melibatkan organisasi keagamaan dan masyarakat dalam menentukan kebijakan dan arah pembangunan, agar dapat menghasilkan solusi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.
  4. Prioritas pada Rakyat Kecil: Dalam menjalankan tugasnya, KH Samsul berharap pemerintah dapat memprioritaskan kerja-kerja strategis yang berpihak pada rakyat kecil, seperti penyediaan lapangan kerja dan perbaikan ekonomi. Ini penting agar kesejahteraan masyarakat bawah dapat meningkat dan mereka dapat merasakan dampak positif dari berbagai kebijakan yang diterapkan.
  5. Peran NU dalam Konteks Baru: NU di Jakarta perlu menyesuaikan diri dengan dinamika baru pasca perpindahan ibu kota. Hal ini termasuk memastikan bahwa mereka tetap relevan dan dapat memberikan kontribusi yang signifikan, baik dalam aspek keagamaan, sosial, maupun budaya.

Dalam postingan tersebut menggambarkan optimisme dan komitmen NU DKI Jakarta untuk terus berperan aktif dalam pembangunan dan pengembangan kota meskipun ada perubahan besar dalam struktur pemerintahan pusat. KH Samsul Ma'arif berharap NU dapat terus menjadi mitra strategis pemerintah dan elemen masyarakat lainnya dalam mewujudkan kesejahteraan dan kemajuan bersama.

Referensi : https://youtu.be/lg721M-oP3c?si=T2PQJN8aHe6vvBJC

Jumat, 21 Juni 2024

Isi Konten Bisikan Rhoma Bersama Kyai Imad Penelitian KH. Imaduddin Mengapa Klaim Nasab Habib Dipertanyakan?


toriqoel. Isi Konten Bisikan Rhoma Dengan Kyai Imad yakin tesisnya tak terbantahkan, kok bisa? Berfokus pada penelitian genealogis yang dilakukan oleh KH. Imaduddin Utsman Al-Bantani tentang klaim keturunan habib di Indonesia. Berikut adalah penjelasan yang lebih mendetail dan luas tentang konten ini:

  1. Tujuan Penelitian: Kyai Imaduddin Utsman Al-Bantani mengarahkan penelitiannya untuk mengevaluasi klaim-klaim keturunan habib yang mengaku memiliki jalur darah langsung dengan Nabi Muhammad. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kebenaran berdasarkan bukti ilmiah dan literatur yang tersedia​​.
  2. Metodologi yang Digunakan: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, di mana Kyai Imad menelaah berbagai literatur klasik berbahasa Arab yang mendokumentasikan garis keturunan (nasab) tersebut. Literasi yang digunakan mencakup berbagai kitab nasab dari abad ke-5 hingga abad ke-13, dengan fokus pada memastikan kesinambungan rantai periwayatan (sanad) yang dipercaya dalam tradisi Islam​

  1. Keterputusan Nasab: Salah satu temuan utama Kyai Imad adalah adanya keterputusan dalam garis keturunan yang diklaim oleh banyak habib. Penelitian ini menunjukkan bahwa nasab dari Ubaidillah bin Ahmad bin Isa ke Rasulullah tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Menurut Kyai Imad, kitab-kitab nasab tertua seperti "Tahdzib al-Ansab" dan "Al-Syajarah al-Mubarakah" tidak mengkonfirmasi adanya keturunan langsung dari Ahmad bin Isa yang bernama Ubaidillah​​.
  2. Kritik terhadap Sumber Kitab: Kyai Imad mengkritik penggunaan kitab-kitab nasab dari abad ke-13 sebagai rujukan utama karena tidak ada referensi dari kitab-kitab yang lebih tua. Dia berpendapat bahwa kitab-kitab dari abad ke-10 hingga ke-12, yang seharusnya menjadi sumber utama, tidak mendukung klaim keturunan yang diajukan oleh para habib​​.

Implikasi dan Reaksi
  1. Kontroversi di Kalangan Habaib: Temuan Kyai Imad menimbulkan kontroversi besar di kalangan habib dan komunitas Muslim yang menghormati keturunan Nabi. Klaim bahwa sebagian besar habib tidak dapat secara ilmiah membuktikan nasab mereka memicu perdebatan sengit. Beberapa pihak menuduh penelitian ini sebagai upaya untuk mendiskreditkan habib, meskipun Kyai Imad menegaskan bahwa tujuannya murni untuk mencari kebenaran​.
  2. Pentingnya Standar Ilmiah: Kyai Imad menekankan bahwa siapa pun yang ingin membantah penelitiannya harus memenuhi standar ilmiah yang ketat, termasuk kemampuan dalam memahami dan mengkritisi literatur klasik Arab serta memiliki pengetahuan mendalam tentang ilmu nasab, sejarah, dan gramatika Arab. Dia mengajak para kritikus untuk melakukan penelitian tandingan yang setara dalam hal kedalaman dan ketelitian​.

Kesimpulan
Penelitian KH. Imaduddin Utsman Al-Bantani membawa dampak signifikan dalam diskursus tentang legitimasi genealogis habib di Indonesia. Dengan menekankan pentingnya validasi ilmiah dan metodologi yang ketat, penelitian ini menantang klaim tradisional dan membuka ruang bagi diskusi lebih lanjut tentang kebenaran historis dan genealogis dalam komunitas Muslim​​.

Kamis, 26 April 2018

Hakekat Niat dan Ikhlas

Hakekat Niat dan Ikhlas
Allah berfirman :
 
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيۡهِمۡ أَعۡمَٰلَهُمۡ فِيهَا وَهُمۡ فِيهَا لَا يُبۡخَسُونَ ١٥ أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيۡسَ لَهُمۡ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَٰطِلٞ مَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٦

Artinya : 15. Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan
16. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan (QS. Huud : 15, 16)

Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, dia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya segala pekerjaan itu ( diterima atau tidaknya di sisi Allah )hanyalah tergantung niatnya, dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang diniatkannya, maka barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya untuk mendapatkan dunia atau seorang wanita yang akan dia menikah dengannya, maka hijrahnya kepada apa yang dia niatkan. (HR. Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya orang yang pertama kali diputuskan perkaranya di hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid di jalan Allah, maka dia didatangkan, dan diperlihatkan kepadanya segala nikmat yang telah diberikan kepadanya di dunia, lalu ia mengenalinya, maka Allah berkata kepadanya : apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat ini ? maka orang itu menjawab : aku berperang di jalan-Mu sampai mati syahid, maka Allah berkata : kamu berdusta, akan tetapi
https://toriqoel.blogspot.com/2018/04/hakekat-niatdan-ikhlas-allah-berfirman.html
kamu berperang agar dikatakan bahwa kamu adalah seorang pemberani, dan yang sedemikian itu telah diucapkan ( kamu telak dipuji-puji dst sebagai imbalan apa yang telah kamu niatkan.pent. ) maka diperintahkan supaya dia diseret di atas mukanya sampai dilemparkan di api neraka, dan seseorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan menghapal al-Qur'an, lalu dia didatangkan dan diperkenalkan kepadanya segala nikmat yang telah dikaruniakan kepadanya di dunia, maka diapun mengenalinya, maka dikatakan kepadanya : apa yang telah kamu lakukan dengan nikmat ini ? maka dia menjawab : aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain, dan membaca al-Qur'an untuk-Mu. Maka Allah berkata : kamu berdusta, akan tetapi kamu belajar dengan tujuan agar engkau dibilang seorang alim, dan engkau membaca/menghapal al-Qur'an supaya dibilang engkau seorang penghapal/pembaca al-Qur'an yang baik, dan semua itu sudah dikatakan ( kamu telah mendapat pujian yang kamu harapkan sebagai imbalan niatmu ) lalu diperintahkan agar dia diseret di atas mukanya sehingga dia dilemparkan ke api neraka, dan seseorang yang Allah berikan kepadanya keluasan rizki dan diberikan kepadanya segala macam harta, lalu dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya segala nikmat yang telah diberikan kepadanya dan dia mengenalinya, maka Allah berkata kepadanya : apa yang kamu kerjakan dengan nikmat ini ? maka dia menjawab : tidak ada suatu jalan yang Engkau suka harta yang telah Engkau berikan agar dibelanjakan padanya kecuali aku telah membelanjakan harta itu di jalan tersebut karena Engkau, maka Allah berkata : Kamu berdusta, akan tetapi kamu melakukan itu agar dibilang bahwa kamu adalah seorang dermawan dan yang sedemikian itu telah dikatakan ( kamu telah mendapat pujian tersebut di dunia sebagai imbalan dari niatmu itu ), lalu diperintahkan agar dia diseret di atas mukanya sehingga dia dilemparkan ke api neraka. (HR.Muslim).

Keterangan singkat :
Niat adalah dasar segala perbuatan, oleh karena itu setiap perbuatan manusia diterima tidaknya disisi Allah sebatas niatnya, maka barangsiapa mengerjakan suatu pekerjaan niatnya murni karena Allah dan mengharapkan ganjaran akhirat, sedang perbuatannya itu sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka amalnya akan diterima oleh Allah, dan barangsiapa niatnya untuk selain Allah atau tidak ikhlas karena Allah seperti dia menyekutukan-Nya dengan makhluk, maka pekerjaannya itu akan ditolak dan akan menjadi bencana baginya.

Hikmah yang dapat diambil dari ayat dan hadits di atas :
Bahwa dari syarat diterimanya amal adalah ikhlas yaitu bermaksud dengan amalnya itu karena Allah Ta'ala.
Pentingnya ikhlas, karena amal tanpa ikhlas akan menjadi bencana bagi yang mengerjakan pekerjaan tersebut, walaupun pekerjaan tersebut termasuk dari perbuatan ibadah yang mulia ( seperti memberikan sedekah, membaca al-Qur'an, mengajarkan ilmu bagi orang lain, bahkan mati syahid dalam medan perang melawan orang-orang kafir).
Bahwa baiknya bentuk suatu pekerjaan tidak cukup untuk diterimanya amal itu di sisi Allah akan tetapi harus dibarengi dengan niat ikhlas.
Wajibnya memperbaiki niat dalam segala perbuatan, dan berusaha keras untuk selalu ikhlas dalam beramal.