Kamis, 28 Desember 2023

Asal muasal Rohingya dan Kenapa Harus Mengungsi ?

Asal muasal Rohingya dan Kenapa Harus Mengungsi ? Ini masih menjadi perdebatan, baik di kalangan sejarawan maupun pemerintah Myanmar. Pemerintah Myanmar mengklaim bahwa Rohingya adalah imigran ilegal dari Bangladesh, sementara Rohingya sendiri mengklaim bahwa mereka adalah penduduk asli Myanmar.

Menurut sejarawan, Rohingya pertama kali muncul di wilayah Arakan (sekarang Rakhine) pada abad ke-7. Wilayah Arakan pada saat itu merupakan sebuah kerajaan independen yang sering menjalin hubungan dengan pedagang-pedagang dari India dan Arab. Pedagang-pedagang dari India dan Arab tersebut kemudian membawa agama Islam ke wilayah Arakan, dan banyak penduduk Arakan yang kemudian memeluk agama Islam.

Kemudian Pada abad ke-15, Raja Narameikhla dari Arakan memeluk agama Islam dan mengubah namanya menjadi Suleiman Shah. Suleiman Shah kemudian memperluas wilayah kekuasaannya ke wilayah-wilayah lain di Myanmar, dan menjadikan Islam sebagai agama resmi kerajaan Arakan.

Pada saat abad ke-19, Myanmar dikuasai oleh Inggris. Inggris menerapkan kebijakan yang lebih sekuler, dan memberikan hak yang sama kepada semua warga Myanmar, tanpa memandang agama. Hal ini menyebabkan meningkatnya ketegangan antara penduduk Arakan yang beragama Islam dan penduduk Myanmar yang beragama Buddha.

Pada tahun 1948, Myanmar merdeka dari Inggris. Pemerintah Myanmar yang baru kemudian menerapkan kebijakan yang diskriminatif terhadap penduduk Arakan yang beragama Islam. Kebijakan ini menyebabkan terjadinya kerusuhan dan kekerasan antara penduduk Arakan dan penduduk Myanmar.

Pada tahun 2017, terjadi kekerasan besar-besaran terhadap penduduk Rohingya di Myanmar. Kekerasan ini menyebabkan lebih dari 700.000 orang Rohingya mengungsi ke Bangladesh.

Teori imigran dari Bangladesh: Teori ini menyatakan bahwa Rohingya adalah imigran ilegal dari Bangladesh yang masuk ke Myanmar pada abad ke-18. Teori ini didasarkan pada kesamaan bahasa dan budaya antara Rohingya dan orang-orang Bengali di Bangladesh.

Teori penduduk asli Myanmar: Teori ini menyatakan bahwa Rohingya adalah penduduk asli Myanmar yang telah tinggal di wilayah Arakan selama berabad-abad. Teori ini didasarkan pada bukti-bukti sejarah, seperti keberadaan kerajaan Arakan yang beragama Islam pada abad ke-15.

Teori campuran: Teori ini menyatakan bahwa Rohingya adalah hasil percampuran antara penduduk Arakan asli dengan imigran dari India dan Arab. Teori ini didasarkan pada bukti-bukti genetika, yang menunjukkan bahwa Rohingya memiliki kesamaan dengan orang-orang India dan Arab.

Hingga saat ini, belum ada konsensus tentang asal muasal Rohingya. Namun, terlepas dari asal muasal mereka, Rohingya adalah kelompok minoritas yang telah mengalami diskriminasi dan kekerasan selama berabad-abad.

Berikut adalah beberapa peristiwa penting dalam sejarah Rohingya:
1420: Raja Suleiman Shah, seorang Muslim, naik tahta di Arakan.
1784: Arakan dikuasai oleh Inggris.
1824: Inggris dan Burma menandatangani Perjanjian Yandabo, yang mengakui kedaulatan Burma atas Arakan.
1942: Rohingya mengalami pembantaian oleh pasukan pro-Inggris selama Perang Dunia II.
1948: Myanmar merdeka dari Inggris.
1962: Junta militer mengambil alih kekuasaan di Myanmar.
1978: Rohingya mengalami pembantaian dan pengusiran oleh pemerintah Myanmar.
1988: Pembantaian Rohingya kembali terjadi.
2012: Kerusuhan sektarian antara Rohingya dan Buddha meletus di Rakhine.
2017: Operasi militer Myanmar terhadap Rohingya menyebabkan ribuan orang tewas dan lebih dari 700.000 orang mengungsi ke Bangladesh.

Pada tahun 2023, Rohingya masih menjadi salah satu kelompok minoritas yang paling terpinggirkan di dunia. Mereka tidak memiliki kewarganegaraan Myanmar dan sering mengalami diskriminasi dan kekerasan.

Terus kenapa mereka harus mengungsi ?
Orang-orang Rohingya harus mengungsi dari negaranya karena mereka mengalami diskriminasi dan penganiayaan dari pemerintah Myanmar. Rohingya adalah kelompok minoritas Muslim yang tinggal di negara mayoritas Buddha tersebut. Mereka tidak memiliki kewarganegaraan Myanmar dan dianggap sebagai pendatang ilegal.

Pemerintah Myanmar telah melakukan berbagai kebijakan yang diskriminatif terhadap Rohingya, termasuk:
Pencabutan kewarganegaraan Rohingya
Pembatasan akses Rohingya terhadap pendidikan, pekerjaan, dan layanan kesehatan
Pembongkaran rumah dan tempat ibadah Rohingya
Peristiwa kekerasan yang menewaskan dan mencederai banyak orang Rohingya
Akibat perlakuan diskriminatif tersebut, banyak orang Rohingya yang merasa tidak aman dan terpaksa mengungsi. Mereka melarikan diri ke negara-negara tetangga, seperti Bangladesh, Thailand, dan Malaysia.

Berikut adalah beberapa alasan spesifik mengapa orang-orang Rohingya harus mengungsi:
Persekusi dan kekerasan: Rohingya telah mengalami berbagai bentuk persekusi dan kekerasan dari pemerintah Myanmar, seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan penyiksaan.
Ketidakamanan: Rohingya merasa tidak aman tinggal di Myanmar karena mereka sering diserang oleh kelompok-kelompok bersenjata.
Ketidakadilan: Rohingya tidak mendapatkan perlakuan yang adil dari pemerintah Myanmar. Mereka tidak memiliki hak yang sama seperti warga negara Myanmar lainnya.
Peristiwa kekerasan yang terjadi pada tahun 2017 menjadi salah satu faktor utama yang mendorong orang-orang Rohingya untuk mengungsi. Pada saat itu, militer Myanmar melakukan operasi militer di wilayah Rakhine, tempat tinggal mayoritas orang Rohingya. Operasi militer tersebut menyebabkan ribuan orang Rohingya tewas, ratusan ribu orang lainnya mengungsi ke Bangladesh.

Hingga saat ini, masih banyak orang Rohingya yang tinggal di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh dan negara-negara tetangga lainnya. Mereka berharap dapat kembali ke Myanmar dengan aman dan bermartabat.

Rabu (27/12). Tangis pengungsi Rohingya pecah saat ratusan massa mahasiswa mengusir paksa para imigran tersebut dari tempat penampungan sementara di Gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA) menuju ke kantor Kemenkumham Aceh.
Peristiwa itu bermula ketika massa mahasiswa yang terdiri dari Universitas Al Washliyah, Universitas Abulyatama dan Bina Bangsa Getsempena menggelar demonstrasi di gedung BMA.

Jarak massa dari tempat pengungsi Rohingya hanya berkisar 40 meter. Dalam orasinya, massa meminta para pengungsi Rohingya keluar.

Namun, saat koordinator lapangan mahasiswa tengah bernegosiasi dengan petugas, massa yang berada di belakang langsung berlari dan merangsek masuk ke basement tempat pengungsi etnis Rohingya berada. Bahkan, mahasiswa tampak menarik paksa dan melakukan tindakan kekerasan seperti melempar dengan botol air mineral ke arah wanita dan anak-anak hingga menendang barang-barang di sekitar.
Pengungsi Rohingya yang dikepung mahasiswa hanya terdiam dan menangis ketakutan. Sebagian dari mereka terlihat meminta ampun. Sementara petugas gabungan dari kepolisian dan Satpol PP tak mampu membendung massa yang jumlahnya mencapai lima ratusa orang. Saat ini, para pengungsi Rohingya tersebut sudah berada di halaman depan kantor Kemenkumham Aceh, dan belum ada kepastian apakah diterima atau ada kebijakan lainnya.


EmoticonEmoticon